Bupati Abdul Halim Tegaskan Bantul Bumi Satria: Warisan Lima Nilai Luhur untuk Generasi Muda
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih saat mendeklarasikan Bantul sebagai Bumi Satria, menekankan warisan lima sifat satria untuk generasi muda.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
BANTUL, diswayjogja.id – Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, secara resmi mendeklarasikan Bantul sebagai Bumi Satria.
Deklarasi ini didasari oleh kajian para pakar serta restu dari Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X.
“Atas dasar itu, dengan kajian para pakar dan restu dari Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X, kami berani mendeklarasikan bahwa Bantul adalah Bumi Satria,” katanya dalam sambutannya, Selasa (23/9/2025).
Menurut Abdul Halim, deklarasi Bantul sebagai Bumi Satria bertujuan untuk membangkitkan semangat generasi muda agar meneladani sifat-sifat satria Jawa atau satria Mataram.
Ia menekankan bahwa semangat ini harus menjadi identitas baru sekaligus kelanjutan dari sejarah panjang perjuangan masyarakat Bantul.
“Tujuannya agar generasi muda dapat meneladani sifat-sifat satria Jawa atau satria Mataram,” ujarnya.
BACA JUGA : Bupati Bantul Terima Penghargaan Peparsi, Api Perjuangan Itu Harus Terus Menyala
BACA JUGA : Dari Yogyakarta untuk Indonesia: DPR Janji Perjuangkan Hak Guru PAUD hingga RUU Sisdiknas
Bupati kemudian menjelaskan bahwa berdasarkan kajian para pakar, terdapat lima sifat utama seorang satria yang menjadi fondasi karakter masyarakat Bantul.
“Greget berarti penuh semangat, Sawiji berarti fokus atau menyatukan diri dalam tujuan, Golong gilig berarti bersatu padu, Sengguh berarti percaya diri namun tetap rendah hati, dan Ora mingkuh berarti tidak mudah mundur atau menyerah,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa nilai-nilai luhur tersebut merupakan bekal penting agar generasi muda tidak hanya bangga terhadap sejarah, tetapi juga mampu menghadapi tantangan zaman.
“Nilai-nilai inilah yang ingin kita wariskan kepada anak-anak kita agar Bantul terus maju sebagai Bumi Satria,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia berharap semangat Bumi Satria tidak berhenti pada simbol atau slogan belaka.
Ia menginginkan agar masyarakat Bantul benar-benar menghidupi nilai-nilai itu dalam keseharian mereka, baik dalam kehidupan sosial, pendidikan, maupun pembangunan daerah.
BACA JUGA : Briket Tongkol Jagung, Solusi Energi Ramah Lingkungan dan Penghasilan Baru di Dusun Kalimundu Bantul
BACA JUGA : Kebangkitan Persiba Bantul, Gol Spektakuler dan Sorak Penonton Warnai Anniversary ke-58
Bantul sendiri dikenal memiliki akar sejarah perjuangan yang kuat. Dari masa Sultan Agung yang memimpin perlawanan rakyat Bantul terhadap Belanda pada abad ke-17, hingga Jenderal Soedirman yang menjadikan Bantul sebagai salah satu basis perjuangan melawan agresi militer Belanda pada 1949.
Selain itu, Goa Selarong di Pajangan, Bantul, juga menjadi markas Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa (1825–1830).
Semua jejak sejarah itu memperkuat legitimasi Bantul sebagai tanah para satria.
“Dengan warisan nilai dan sejarah inilah, Bantul pantas menyandang sebutan Bumi Satria,” tuturnya.
Deklarasi Bantul Bumi Satria ini diharapkan menjadi momentum baru dalam memperkokoh jati diri masyarakat Bantul.
Bupati menegaskan bahwa semangat kepahlawanan harus menjadi kekuatan untuk menjawab persoalan kekinian, termasuk arus globalisasi, perubahan sosial, serta tantangan digitalisasi yang dihadapi generasi muda.
BACA JUGA : World Clean Up Day 2025, Bantul Gelar Aksi Bersih Pantai Goa Cemara dan Siapkan Program Berkelanjutan
BACA JUGA : Wali Kota Hasto Janji Trash Barrier Akan Dipasang Lagi Agar Tak Mencemari Bantul
“Semangat ini harus menjadi pedoman hidup masyarakat Bantul dalam menghadapi tantangan zaman,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: