Bupati Abdul Halim: Bantul Milik Warga, Semangat Bumi Satria Harus Hidup

Bupati Abdul Halim: Bantul Milik Warga, Semangat Bumi Satria Harus Hidup

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih saat memberikan sambutan --Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

BANTUL, diswayjogja.id - Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menegaskan bahwa Kabupaten Bantul bukan hanya milik pemerintah, melainkan seluruh warganya. Karena itu, setiap individu memiliki tanggung jawab dalam menjaga dan memajukan daerah.

“Perlu saya tegaskan, Bantul bukan milik bupati semata. Bantul adalah milik seluruh warganya,” katanya, Selasa (23/9/2025).

Ia menekankan bahwa peran aktif masyarakat sangat menentukan arah pembangunan. 

“Karena itu, masing-masing warga memiliki peran dan tanggung jawab untuk bersama-sama menjaga serta memajukan Kabupaten Bantul,” ujarnya.

Dalam peringatan hari jadi itu, masyarakat Bantul mendeklarasikan semangat Bantul Bumi Satria. Menurut Abdul Halim, semangat ini menjadi penegasan identitas sejarah dan karakter masyarakat Bantul. 

“Dalam peringatan tersebut, kita semua mendeklarasikan semangat Bantul Bumi Satria,” jelasnya.

BACA JUGA : Tuntut Hukuman Mati, JPU Sebut Yoga Andry Sengaja Habisi Sopir Taksi Online di Bantul

BACA JUGA : Briket Tongkol Jagung, Solusi Energi Ramah Lingkungan dan Penghasilan Baru di Dusun Kalimundu Bantul

Ia menegaskan bahwa Bantul memiliki akar kesejarahan yang kuat sebagai tanah para pejuang bangsa. Dari masa Sultan Agung hingga Jenderal Soedirman, Bantul selalu menjadi bagian penting dalam perjuangan melawan penjajah.

“Jenderal Soedirman, misalnya, memiliki beberapa markas di Bantul seperti di Banyujiwo, Parangtritis, dan Segoroyoso dalam perjuangan merebut kembali Yogyakarta dari agresi militer Belanda tahun 1949,” ucapnya. 

Ia juga mengingatkan bahwa jauh sebelum itu, rakyat Bantul sudah menjadi bagian dari perlawanan terhadap kolonialisme. 

"Sekitar tahun 1600-an, Sultan Agung bersama rakyat Bantul bergerak dari Kerto, Pleret, untuk melawan penjajahan Belanda,” tuturnya.

Tokoh-tokoh besar lain pun ikut meninggalkan jejak sejarah di Bumi Projotamansari. 

“Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah inisiator Serangan Umum 1 Maret 1949, sementara Pangeran Diponegoro pada masa Perang Jawa (1825–1830) bermarkas di Goa Selarong, Pajangan, Bantul,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait