Kisah Agus Leonardus Mendirikan Jogjakarta Ukulele Society dari Belajar YouTube di Masa Pandemi

BACA JUGA : Kasus Musik Gacoan, Kemenkum DIY Imbau Kafe dan Restoran Tak Putar Musik Dari Sumber Non Resmi

BACA JUGA : Video Musik 'Lebih Hemat, Lebih Cepat' : Kolaborasi Seru Shopee x JKT48 Dapat Sambutan Positif Konsumen

Repertoar yang ia kuasai mencakup lagu-lagu berbahasa Indonesia hingga karya band legendaris The Beatles. 

Semua lirik dan akord lagu tersebut ia tulis dengan rapi, lalu dijilid menjadi buku sebagai dokumentasi pribadi. 

“Rasanya menyenangkan bisa memainkan lagu yang dulu terasa sulit di gitar,” tuturnya.

Seiring waktu, keinginannya untuk berkembang membuat Agus bergabung dengan berbagai grup ukulele di Facebook. 

Langkah ini membawanya pada sebuah pertemuan tak terduga. 

Suatu hari, ia mengunggah video membawakan lagu I Will milik The Beatles sambil memetik ukulele. 

"Tiba-tiba ada komentar dari orang Indonesia, namanya Anton Asmonodento. Ternyata dia seorang gitaris yang punya sekolah musik,” kisahnya.

Yang membuatnya terkejut, lokasi sekolah musik tersebut hanya berjarak sekitar 800 meter dari rumahnya. 

“Lebih mengejutkan lagi, dia pernah ke rumah saya beberapa tahun lalu. Waktu itu urusannya bukan musik, tapi fotografi,” kenang Agus sambil tersenyum.

Pertemuan ini menjadi awal berdirinya JUS. Agus dan Anton mengundang para pegiat ukulele di Yogyakarta untuk berkumpul, berbagi teknik bermain, bertukar lagu, dan saling menginspirasi. 

“Kami ingin ukulele tidak hanya dianggap alat musik main-main, tapi juga punya potensi besar dalam dunia musik,” tegasnya.

Kini, JUS rutin mengadakan pertemuan dan tampil di berbagai acara musik lokal. 

Dari sekadar belajar lewat YouTube, JUS berkembang menjadi wadah yang mempertemukan anggota dari berbagai usia, latar belakang, dan profesi. 

Sumber: