Gender, Siter, dan Sinden: Harmoni Karawitan yang Menggetarkan Hati
Alat musik karawitan. Gender, siter, dan sinden dalam format cokekan menghadirkan harmoni karawitan Jawa yang memikat pendengar --Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
SLEMAN, diswayjogja.id — Instrumen karawitan memiliki pesona tersendiri, bahkan dalam format sederhana yang dikenal sebagai cokekan.
Karawitan cokekan adalah bentuk kesenian tradisional Jawa yang merupakan miniatur dari karawitan, atau gamelan Jawa.
Cokekan menggunakan seperangkat alat musik gamelan yang lebih sedikit dari karawitan pada umumnya, namun tetap menghadirkan melodi dan ritme khas gamelan.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai ketiga istilah itu, yaitu :
BACA JUGA : Seorang Warga Korea Selatan di Yogyakarta Dideportasi Terkait Dugaan Modus Investasi Fiktif
BACA JUGA : Saparan Bekakak Ambarketawang 2025: Pesona Tradisi Ratusan Tahun dengan Sentuhan Solo-Yogyakarta
1. Gender
Perpaduan gender, siter, dan sinden mampu menghadirkan harmoni khas Jawa yang menggetarkan hati, meski tanpa kehadiran gamelan lengkap.
Gender adalah salah satu instrumen unik dalam karawitan Jawa yang memiliki peran penting dalam menghidupkan suasana musikal tradisional.
Sebagai instrumen gamelan yang termasuk dalam keluarga metalofon, atau yang terbuat dari logam, Gender terdiri dari bilah-bilah logam (perunggu, kuningan, atau besi), yang disusun secara horizontal di atas resonator bambu atau logam, dalam bingkai rancakan terbuat dari kayu berukir indah.
Untuk memainkan Gender dalam karawitan memerlukan tehnik permainan tingkat tinggi.
2. Siter
Karawitan siter adalah seni karawitan yang menonjolkan alat musik siter sebagai instrumen utama dalam gamelan.
Siter, alat musik petik Jawa, dimainkan untuk memperindah musik gamelan dan sering digunakan dalam pertunjukan wayang, terutama untuk mengisi lagu (pangrengga lagu).
BACA JUGA : Ratusan Peserta Ikuti Program Masterclass Kampung Menari di Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta
BACA JUGA : Penumpang KA Jarak Jauh di Daop 6 Yogyakarta Meningkat 5 Persen Periode Juli 2025
3. Sinden
Sinden adalah seorang wanita yang bernyanyi mengiringi musik gamelan, khususnya dalam pertunjukan seni tradisional Jawa seperti wayang kulit, wayang golek, dan klenengan. Mereka juga dikenal sebagai waranggana.
Sinden tidak hanya berperan sebagai penyanyi, tetapi juga sebagai narator dan pengisi suasana dalam pertunjukan.
Seniman karawitan, Puput menjelaskan bahwa cokekan adalah susunan alat musik tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan pementasan.
“Dalam kerawitan itu juga dikenal istilah cokekan,” katanya, Sabtu (9/8/2025).
Format ini biasanya digunakan di ruang yang lebih intim atau acara privat.
“Cokean itu alat-alat musik tertentu saja. Seperti kalau mbak misalnya datang ke hotel, itu kan ada sinden, ada gender, kemudian ada siter, itu sudah cukup," ucapnya.
BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Bakal Sulap Area Sungai Jadi Lokasi Wisata
BACA JUGA : Giliran 200 Juru Parkir, Supir Angkutan dan Petugas Dishub Brebes Terjaring Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Menurutnya, tiga instrumen itu saja sudah bisa menghasilkan pertunjukan yang memikat.
“Itu sudah mampu menampilkan karya,” tuturnya.
Bagi Puput, keberhasilan pementasan tidak bergantung pada jumlah alat musik, melainkan kemampuan mengolah rasa dan menjaga harmoni antar pemain.
Meski cokekan memiliki daya tarik tersendiri, pementasan karawitan lengkap tetap memiliki tempat penting dalam acara-acara besar. Formasi penuh biasanya mencakup kendang, bonang, gong, kenong, rebab, dan beberapa instrumen lain untuk menghasilkan suara megah.
Ia mengaku aktif kembali berlatih karawitan sejak dua bulan terakhir, setelah sempat vakum. Latihan rutin dilakukan seminggu sekali bersama rekan-rekan seniman.
“Oh ya, ini dua bulan lah. Latihannya seminggu sekali,” tuturnya.
BACA JUGA : Puluhan Kepala Daerah Se-Indonesia Ikuti Fun Bike, Susuri Sumbu Filosofi Yogyakarta
BACA JUGA : Rakernas JKPI 2025 di Yogyakarta, Hasto Wardoyo Tegaskan Pentingnya Pelestarian Kota Pusaka
Dalam waktu singkat itu, ia dan kelompoknya sudah beberapa kali tampil di berbagai panggung.
“Sudah sering tampil juga sih,” imbuhnya.
Menurutnya, keberagaman format instrumen membuat karawitan lebih fleksibel dan bisa hadir di berbagai jenis acara.
Ia berharap generasi muda tertarik mempelajari instrumen karawitan, baik dalam format lengkap maupun cokekan. Menurutnya, kekayaan bunyi dari setiap alat musik menjadi warisan budaya yang layak dijaga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: