Putut Seniman Asal Sleman Ungkap Karawitan Bukan Sekadar Gamelan, Tapi Pelajaran Hidup Mengolah Rasa

Putut Seniman Asal Sleman Ungkap Karawitan Bukan Sekadar Gamelan, Tapi Pelajaran Hidup Mengolah Rasa

Seniman karawitan Putut saat ditemui seusai pentas, mengajarkan filosofi karawitan yang mengolah rasa --Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

SLEMAN, diswayjogja.id — Karawitan Jawa bukan hanya seni memainkan gamelan, tetapi juga menjadi media pembelajaran hidup yang mengajarkan manusia mengolah rasa, membangun kerukunan, dan memahami nilai-nilai kebersamaan. 

Pesan ini disampaikan seniman karawitan, Putut, yang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia musik tradisional.

“Karawitan itu kompleks. Ia mengajarkan banyak hal tentang rasa, olah rasa, kerjasama, dan kerukunan,” katanya saat ditemui usai pentas musik karawitan untuk memeriahkan kegiatan Saparan Bekakak di Lapangan Kalurahan Ambarketawang, Jumat (8/8/2025).

Menurutnya, gamelan merupakan bagian dari musik universal, sejajar dengan genre populer yang dikenal masyarakat luas. 

BACA JUGA : “Surat Buat Emak” Dinyanyikan Lagi Setelah Lama Vakum, Jejak Imaji Hidupkan Panggung FSY Lewat Musikalisasi

BACA JUGA : Kasus Musik Gacoan, Kemenkum DIY Imbau Kafe dan Restoran Tak Putar Musik Dari Sumber Non Resmi

“Dangdut itu juga termasuk musik. Ia mengolah rasa, tapi berada pada tingkatan paling luar. Sedangkan musik seperti jazz memiliki ketukan berbeda yang memberi pelajaran tersendiri,” ujarnya.

Putut menambahkan bahwa karawitan Jawa memiliki kekuatan unik karena memadukan nada, irama, dan syair yang sarat makna. 

Setiap gending mampu menyampaikan cerita perjalanan manusia secara mendalam. 

“Syair-syair dalam karawitan bisa menceritakan sesuatu dari perjalanan manusia. Itu bukan hanya hiburan, tapi sarana pembelajaran,” tuturnya.

BACA JUGA : Video Musik 'Lebih Hemat, Lebih Cepat' : Kolaborasi Seru Shopee x JKT48 Dapat Sambutan Positif Konsumen

BACA JUGA : Meriah dan Sakral, Begini Prosesi Lengkap Saparan Bekakak Ambarketawang 2025 Sleman

Baginya, setiap tabuhan gamelan adalah ajakan untuk merasakan harmoni. Nada-nada yang saling mengisi membentuk irama kolektif yang membutuhkan kepekaan dan kerjasama antar pemain. 

“Mengolah rasa manusia itu harus mengolah rasa secara utuh. Dalam karawitan, setiap pemain harus peka terhadap yang lain, supaya irama tetap hidup,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: