Haedar Nashir Ajak Pancasila sebagai Kompas Ideologis Etika Bernegara
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, saat ditemui para awak media di gedung PP Muhammadiyah, Cik Di Tiro, Kota Yogyakarta, Senin (21/4/2025). --Foto: Anam AK/diswayjogja.id
YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengajak peringatan kelahiran Pancasila setiap 1 Juni dinilai tak sekedar seremonial saja, namun perlu direfleksikan sebagai jati diri bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
Haedar mengatakan momentum kelahiran Pancasila sebagai komitmen nilai dan moral kebangsaan untuk merefleksikan kembali jati diri Indonesia sebagai bangsa yang berlandaskan Pancasila.
"Pancasila harus senantiasa menjadi kompas ideologis dan etika publik dalam kehidupan bernegara. Sebab pada dimensi ini kehidupan bernegara masih memiliki titik lemah. Kita harus jujur mengakui korupsi, ketimpangan sosial, penyalahgunaan kekuasaan, dan rendahnya keteladanan moral para elite adalah bentuk-bentuk pengingkaran terhadap Pancasila yang mesti kita koreksi bersama,” ujar Haedar di Yogyakarta, Minggu (1/6/2025).
Menurutnya, penyalahgunaan otoritas dalam pengelolaan sumberdaya alam, kuatnya oligarki politik dan ekonomi, penyelewengan dan politisasi hukum, dan perusakan etika bernegara masih kuat dalam kehidupan bernegara di negeri ini.
BACA JUGA : Kesbangpol DIY Gelar Sinau Pancasila untuk Perkuat Penanaman Nilai-nilai Pancasila Pada Masyarakat
BACA JUGA : Kepala BPIP Jabarkan Makna Kemerdekaan Indonesia Saat Jadi Pembicara Sarasehan Pancasila di Yogyakarta
Praktik kehidupan politik, ekonomi, dan budaya pasca reformasi sangat liberal yang berdampak pada kehidupan yang serba boleh atau pragmatis dan oportunistik seperti politik uang, politik transaksional, premanisme yang dilindungi negara, dan sikap warganegara yang serba permisif.
“Karenanya tantangan terbesar saat ini bukanlah mempertentangkan Pancasila dengan ideologi lain serta terus memproduksi isu radikalisme tanpa fokus dan kejelasan pemikiran. Tetapi bagaimana kita mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila secara otentik dalam realitas sosial, politik, ekonomi, hukum, serta seluruh praktik berbangsa dan bernegara,” katanya.
Haedar juga menjelaskan bahwa Pancasila lahir dari konsensus luhur para pendiri bangsa dan tokoh-tokoh nasional yang datang dari berbagai latar belakang agama, suku, dan golongan.
“Pancasila hadir dari hasil perenungan dan pemikiran mendalam dalam menghadirkan dasar negara yang inklusif, adil, dan mempersatukan. Pancasila bukan sekadar dokumen sejarah, melainkan nilai hidup bersama yang harus dibumikan secara nyata. Karenanya sudah tinggi waktunya untuk menjadikan Pancasila sebagai praktik hidup nyata berbangsa bernegara,” jelas Haedar.
BACA JUGA : Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Haedar Nashir: Bangun Dialog untuk Rekonsiliasi
BACA JUGA : Haedar Nashir Ajak Transparansi Halal Pasca Temuan Makanan Bersertifikat Halal Mengandung Babi
Bagi Muhammadiyah, lanjut Haedar, Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sebaliknya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sangat sejalan dengan ajaran Islam: Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial.
Sejak awal kemerdekaan hingga kini, Muhammadiyah berkomitmen untuk menerima, menjaga, dan mengamalkan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan berbangsa, melalui dakwah pencerahan, pendidikan, kesehatan, dan aksi sosial kemanusiaan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: