Haedar Nashir Ajak Pancasila sebagai Kompas Ideologis Etika Bernegara
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, saat ditemui para awak media di gedung PP Muhammadiyah, Cik Di Tiro, Kota Yogyakarta, Senin (21/4/2025). --Foto: Anam AK/diswayjogja.id
“Muhammadiyah mengunci sikap dasar itu dalam dokumen resmi Negara Pancasila Darul Ahdi Wasyahadah,” tuturnya.
Haedar juga menambahkan bahwa sumberdaya alam harus dimanfaatkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya untuk hajat hidup orang banyak, demi keadilan dan kemakmuran bersama seluruh rakyat Indonesia.
BACA JUGA : Pesan Paus Fransiskus Soal Perdamaian Gaza, Haedar Nashir Sebut Jangan Ada Tokoh Dunia yang Ugal-ugalan
BACA JUGA : Paus Fransiskus Wafat, Haedar Nashir Sebut Sosok Humanis dan Penebar Damai
“Karenanya Pancasila jangan terus dislogankan, diteriakkan, disimbolisasikan, dan apalagi dikeramatkan dengan gempita. Pancasila tidak untuk disakralkan dan diglorifikasi dengan paham puritan dan fanatik buta, yang melahirkan pandangan ultranasionalisme, tanpa perwujudan di dunia nyata dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara,”tegas Haedar.
Sebaliknya Pancasila juga jangan dinegasikan dengan praktik-praktik kehidupan bernegara yang berubah menjadi serba pragmatis, oportunistik, dan serba liberal.
Demi menjadikan Pancasila terwujud nyata dalam berindonesia, yakni: Berketuhanan Yang Maha Esa; Berperikemanusiaan yang adil dan beradab; Berpersatuan Indonesia; Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; serta Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Maka, kata Haedar, seluruh pejabat di eksekutif, legislatif, yudikatif, partai politik, dan institusi pemerintahan maupun komponen bangsa lainnya wajib hukumnya ber-Pancasila dalam kehidupan nyata.
BACA JUGA : Haedar Nashir Sebut 6 Refleksi Hari Pers Nasional, Demokratis dan Berkebudayaan Luhur
BACA JUGA : Haedar Nashir Dukung Komitmen Presiden Prabowo Untuk Berantas Korupsi yang Tuntas dan Berani
“Pancasila akan kehilangan makna jika hanya dijadikan slogan atau simbol tanpa pelaksanaan nyata. Oleh karena itu, Muhammadiyah mengajak seluruh komponen bangsa, khususnya generasi muda, untuk menjadikan Pancasila sebagai inspirasi etika dan aksi kolektif,” tambah Haedar.
Terakhir, Haedar mengajak untuk menjaga dan amalkan Pancasila, bukan hanya dalam pidato, tetapi dalam perilaku dan kebijakan yang menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
“Jangan sampai Pancasila digelorakan menjadi salam tanpa makna dan berhenti menjadi kebanggaan semu dalam kehidupan berbangsa bernegara,”pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: