Kasus Trans7 dan Pesantren, Haedar Nashir Minta Semua Pihak Introspeksi dan Bijak di Ruang Publik
Jumat 17-10-2025,08:12 WIB
Reporter:
Anam AK|
Editor:
Syamsul Falaq
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhamadiyah, Haedar Nashir (dua dari kanan), dalam konferensi pers di Kantor PP Muhammadiyah, Cik Di Tiro, Kota Yogyakarta, Rabu (12/2/2025).--Foto: Anam AK/diswayjogja.id
YOGYAKARTA, diswayjogja.id – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengimbau seluruh pihak, termasuk media massa dan masyarakat umum, untuk bersikap bijak dan menjaga keteduhan dalam kehidupan berbangsa.
Imbauan ini disampaikan Haedar saat menanggapi polemik yang melibatkan salah satu stasiun televisi nasional, Trans 7, dengan kalangan pondok pesantren yang ramai diperbincangkan belakangan ini.
Menurut Haedar, kejadian tersebut sebaiknya dijadikan momentum bagi semua pihak untuk melakukan introspeksi dan memperkuat komitmen terhadap nilai moral, etika, serta profesionalisme dalam berkomunikasi di ruang publik.
“Kasus ini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua. Media, lembaga keagamaan, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas moral dan profesionalisme. Kebebasan berekspresi itu ada batasnya, yaitu batas moral, etika, dan tanggung jawab sosial agar tidak menimbulkan keresahan dan perpecahan,” ujar Haedar dalam keterangannya, Kamis (16/10/2025).
Haedar menekankan pentingnya peran media dalam menjaga harmoni sosial dan keadaban publik. Menurutnya, media massa dan warganet memiliki tanggung jawab besar untuk menggunakan kebebasan berekspresi secara bijak dan proporsional.
“Media dan semua pihak sebaiknya menghormati para kiai dan pesantren yang selama ini berjasa besar mencerdaskan umat, menjaga moral bangsa, dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Penghormatan itu bukan berarti menutup ruang kritik, tetapi menempatkannya dalam koridor yang santun, objektif, dan membangun,” jelasnya.
Selain itu, Haedar juga mengingatkan agar masyarakat, khususnya pengguna media sosial, tidak memperkeruh suasana dengan komentar yang provokatif atau memperluas konflik yang sedang terjadi.
“Kami harapkan juga media sosial harus cooling down kalau ada masalah. Jangan sampai istilahnya, kolamnya keruh tapi ikannya tidak dapat. Masalah selalu ada dalam kehidupan kebangsaan, tapi semuanya harus diselesaikan secara dewasa dan dalam koridor yang tepat,” pesan Haedar.
Lebih lanjut, Haedar menegaskan pentingnya peningkatan kualitas lembaga kemasyarakatan dan keagamaan agar tetap dipercaya publik serta mampu memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.
Haedar juga menutup pernyataannya dengan menyerukan agar seluruh elemen bangsa berperan aktif dalam menjaga suasana kebangsaan yang sejuk dan konstruktif, terutama di tengah derasnya arus informasi dan komunikasi digital.
“Kita, lembaga-lembaga kemasyarakatan dan keagamaan, harus terus meningkatkan kualitas agar memperoleh kepercayaan di masyarakat, sehingga bisa memberi sumbangan terbaik untuk bangsa dan negara,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: