Milad ke-34, Unisa Yogyakarta Siap Jadi Pusat Inovasi Kesehatan Berbasis Islam

Selasa 14-10-2025,17:04 WIB
Reporter : Anam AK
Editor : Syamsul Falaq

“Yang sekarang berkembang adalah perguruan tinggi yang berkualitas, dan salah satunya adalah Unisa Yogyakarta. Capaian Unisa saat ini tidak lepas dari perjalanan panjang sejak berdirinya pada 1991 hingga kini menjadi salah satu dari 20 perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia,” tuturnya.

BACA JUGA : Tim Kesehatan UNISA Siaga Tangani Aksi Demonstrasi di Yogyakarta

BACA JUGA : UNISA Yogyakarta Serukan Keadilan dan Perdamaian Terkait Situasi Nasional

Salmah juga menekankan pentingnya Milad ke-34 ini sebagai momentum refleksi dan evaluasi bagi seluruh sivitas akademika Unisa untuk terus beradaptasi dengan zaman dan meningkatkan kualitas layanan akademik.

“Usia 34 tahun adalah usia matang untuk terus melaju. Prestasi Unisa tidak hanya ditorehkan oleh institusi, tetapi juga oleh dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan yang berkolaborasi luar biasa,” ujarnya.

Menurutnya, Unisa tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga menjadi kampus yang menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah dan kepedulian sosial.

“Unisa harus terus menanamkan moralitas, akhlak, dan kepedulian agar menghasilkan intelektual muda yang unggul dan berakhlak mulia,” tegasnya.

BACA JUGA : Dosen Gizi Unisa Yogyakarta Ungkap Bahaya dan Cara Kenali Beras Oplosan

BACA JUGA : Perkuat Ekosistem Halal Nasional, Halal Center Unisa Yogyakarta Luncurkan LP3H

Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Prof. Brian Yuliarto, menegaskan bahwa usia 34 tahun bukan sekadar angka, melainkan bukti ketekunan dan dedikasi panjang Unisa dalam membangun pendidikan tinggi yang berdampak.

“Kita hidup di era perubahan luar biasa cepat. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi berkembang pesat, menuntut dunia pendidikan tinggi bukan hanya menyesuaikan diri, tetapi menjadi pengarah perubahan itu sendiri,” tuturnya melalui sambungan daring. 

Menurutnya, konsep “Dikti Saintek Berdampak” yang digagas kementerian mendorong agar riset dan inovasi tidak berhenti di laboratorium, melainkan hadir langsung di tengah masyarakat.

“Kami ingin riset dan inovasi itu hidup di pasar, di rumah sakit, di industri, di sawah, di ruang sosial, dan UMKM sekitar kampus. Pendidikan tinggi harus menjadi penggerak kemajuan bangsa melalui riset yang relevan dan berjiwa kemanusiaan,” tegasnya.

BACA JUGA : Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unisa Yogyakarta Serukan Penolakan Judi Online

BACA JUGA :  Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNISA Ajak Pelajar se-DIY Lawan Judi Online Demi Generasi Emas

Kategori :