“Ke depan, seleksi nasional masuk perguruan tinggi tanpa tes kemungkinan juga akan mengambil nilai dari TKA. Itulah sebabnya kami mengadakan TKA di bulan November, karena biasanya seleksi tanpa tes dimulai saat itu,” imbaunya.
Meski demikian, ia mengingatkan siswa bahwa nilai rapor tetap berpengaruh dalam menentukan kelulusan. Menurutnya, rapor adalah dokumen penting yang mencerminkan proses belajar siswa.
“Nilai rapor tetap berpengaruh. Tolong Bapak/Ibu mengisi nilai rapor sesuai teori evaluasi harus valid dan reliabel,” ujarnya.
Ia menyoroti praktik sebagian guru yang tidak objektif dalam memberi nilai, misalnya menaikkan angka karena iba atau alasan lain. Praktik itu, katanya, justru akan merugikan siswa di jenjang pendidikan lebih tinggi.
“Kadang ada yang seharusnya nilainya 8 malah diberi 10, entah karena kasihan atau alasan lain. Itu membuat kampus kesulitan menilai calon mahasiswa,” tegasnya.
Dengan kombinasi TKA, nilai rapor, serta penilaian guru, pemerintah berharap sistem pendidikan menjadi lebih adil, transparan, dan mampu menghasilkan lulusan yang kompeten.