"Sampah organik ini diambil dari sampah milik warga sampah organik dari Terminal Giwangan. Dalam sehari, sampah yang mampu diolah setidaknya mencapai 25 kilogram," ujarnya.
BACA JUGA : Menteri Komdigi Meutya Hafid Minta UMKM Manfaatkan Teknologi AI Agar Naik Kelas
BACA JUGA : Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, Tingkat Reservasi Kamar Hotel di Bantul Masih Rendah
Program Gandeng Gendong
Ditemui usai meninjau dua lokasi tersebut, Direktur Eksekutif APEKSI Alwis Rustam mengatakan dipilihnya Kelurahan Giwangan karena pihaknya ingin melihat berbagai inovasi yang diterapkan kelurahan tersebut dalam Program Gandeng Gendong.
"Kota yogya memang kami jadikan salah satu acuan dalam pembiayaan alternative pembangunan non APBD seperti yang tertuang dalam buku praktik baik yang telah diluncurkan pagi tadi di Haper Hotel," ujarnya.
Ia mengungkapkan Program Gandeng Gendong yang digagas Pemkot Yogya berjalan dengan baik, salah satu bukti tersebut adalah ikut andilnya berbagai pemangku kepentingan dalam pengentasan kemiskinan di Kota Yogya.
Menurutnya, Gandeng Gendong yang digagas Pemkot Yogya perlu dicontoh di tiap-tiap daerah karena program tersebut merupakan salah satu strategi dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Dunia Usaha DIY Lebih Inklusif
Ketua Umum Kadin DIY GKR Mangkubumi mengatakan, memasuki tahun 2024 dalam menghadapi produktivitas dan daya saing, dunia usaha dan dunia industri di DIY harus menjadi lebih inklusif dan kolaboratif.
BACA JUGA : Berikan Pemahaman Generasi Muda Tentang TPPO, Kantor Imigrasi Yogyakarta Gelar Talkshow
BACA JUGA : 55 Pengidap AIDS Berstatus Lelaki Suka Lelaki Mendominasi 142 Orang Dengan HIV/ AIDS di Kabupaten Brebes
“'Kadin DIY secara aktif dan proaktif terlibat dalam revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi, serta memperjuangkan keanggotaan untuk UMKM. Dua hal tersebut sangat bermakna dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan yang memiliki karakter sosial, menghargai keberagaman dan berkebudayaan," terang Mangkubumi.
Perekonomian DIY Sempat Tumbuh Negatif
Sementara itu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan saat pandemi Covid-19, perekonomian DIY sempat tumbuh negatif, karena semua aktivitas meliputi ekonomi, pariwisata dan pendidikan mobilitasnya sementara dihentikan.
Namun kini, sejalan dengan pemulihan ekonomi, karena kolaborasi berbagai unsur termasuk kontribusi UMKM.
"Kebijakan pembangunan ekonomi DIY saat ini, akan fokus untuk mengembangkan desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. Di mana dalam pengembangannya diperlukan kolaborasi berbagai pihak sehingga terwujud ekonomi kerakyatan yang sejahtera," tuturnya.