9 Penari Putri Bedhaya Sang Amurwabhumi Menutup Pameran Lenggahing Harjuno

Senin 29-01-2024,00:02 WIB
Reporter : M. Fatkhurohman
Editor : M. Fatkhurohman

DISWAYJOGJA - Bedhaya Sang Amurwabhumi yang ditarikan oleh 9 penari putri ditampilkan pada hari pertama penutupan pameran Lenggahing Harjuno, Sultan, Tahta dan Kedaulatan. Karya Sri Sultan Hamengku Buwono X itu ditampilkan Jumat (26/1/2024) di Pagelaran Kraton, Kraton Yogyakarta.

Pameran yang telah berlangsung selama 3 bulan, sejak 20 Oktober 2023 hingga 28 Januari 2024 ini digelar dalam rangka memperingati 80 Tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam hitungan Jawa.

Menurut Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Bedhaya Sang Amurwabhumi merupakan wujud kelembutan sebagai simbolisasi yang paling hakiki. Setiap raja selalu mempunyai ekspresi dan konsep sendiri dalam setiap pengabdian kepada rakyatnya melalui kepemimpinan yang baik dan pola pikir untuk mengayomi dan mensejahterakan rakyat.

BACA JUGA:Jarang Terjadi, di Jogja Ada Pameran Lukisan Digelar di Kampung

Bedhaya tersebut diiringi irama dramatik yang menggambarkan kelembutan sebagai simbolisasi yang paling hakiki. Seperti juga Bedhaya yang lain, sesuai dengan tradisi tetap mengacu pada patokan baku tari bedhaya. Dasar ceritanya diambil dari Serat Pararaton atau Kitab Para Ratu Tumapel dan Majapahit, yang selesai ditulis bertepatan pada Sabtu Pahing.  Bedhaya Sang Amurwabhumi mengambil sentral pada perkawinan sang Amurwabhumi (Ken Arok) dengan Prajnaparamita (Ken Dedes) mensimbolisasikan spirit patriotisme dan filosofi kepemimpinan.

”Kami mengambil sosok Sang Amurwabhumi. Yaitu, Ken Arok dan Ken Dedes dari Singosari. Sang Amurwabhumi menciptakan ajaran kebenaran setiap pemimpin. Bedhaya ini diiringi tembang dan gamelan,” ungkap Sri Sultan.

Sri Sultan berharap, sajian istimewa tersebut dapat dinikmati semua kalangan. Penonton diharapkan bisa menikmati simbol-simbol yang menampilkan tidak hanya keindahan, tapi makna yang sarat terkandung pada setiap gerakan halus dan gemulai dari 9 putri tersebut. 

BACA JUGA:Tujuh Anggota Lembaga Ombudsman DIY Dikukuhkan Sri Sultan

Diketahui, Bedhaya Sang Amurwabhumi merupakan tarian ciptaan Sri Sultan Hamengku Bawono X yang pertama setelah dinobatkan sebagai Raja Kesultanan Yogyakarta pada 7 Maret 1989. Tarian tersebut ditarikan secara lengkap selama 2,5 jam.

Ketua panitia pameran, sekaligus Penghageng Nityabudaya Keraton Yogyakarta, GKR Bendara menyampaikan, sebanyak 175.000 pengunjung telah hadir pada pameran tersebut. Pameran Lenggahing Harjuno menampilkan perjalanan sosok pangeran muda BRM Herjuno Darpito, dengan berbagai capaian dan paradigma kebudayaan yang dicanangkan saat menjadi Sultan dan Gubernur.

Adapun teknis pelaksanaan pameran ini berada di bawah koordinasi Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nityabudaya. ”Diilhami dari Serat Lenggahing Harjuno yang ditulis langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, pameran Lenggahing Harjuno menyajikan perjalanan hidup Sultan dengan berbagai piwulang adiluhur dan adiluhung,” ungkap GKR Bendara.

BACA JUGA:Sri Sultan Ajak Serukan Pemilu Damai, Jadikan Pembelajaran Politik Yang Saling Asah-Asih dan Asuh

Pameran ini menjadi momentum refleksi untuk bukan hanya perkara meneladani figurnya, tapi menilai ulang hari-hari penuh perjuangan yang telah dilalui. Meski lahir sebagai seorang pangeran, tapi tidak menjadikan Sri Sultan menjadi anak emas.

Pola hidupnya justru sederhana, tidak ubahnya seperti anak-anak lainnya. Pola hidup demikian yang selalu ditanamkan pada kami dan orang-orang di sekitar pilihan beliau. 

”Di ruang pameran ada kata-kata beliau, yaitu,  kelangan bondo podo karo ora kelangan opo-opo. kelangan nyowo podo karo kelangan separo. kelangan ajining diri kelangan sak kabehane. Kata-kata prinsip hidup yang ditulis tangan oleh beliau ini yang sepatutnya kita teladani," kata GKR Bendara. (*)

Kategori :