Menelisik Penyebab dan Dampak Banjir Bandang Sumatra, Dwikorita Sebut Faktor Nonalam Perparah Bencana
Analisis mantan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di UGM, Kamis (4/12/2025), ungkap penyebab banjir bandang Sumatra dipicu faktor nonalam seperti pembukaan lahan. Pemetaan ulang, mitigasi cuaca, dan pemulihan lingkungan dinilai mendesak.--Foto: Anam AK/diswayjogja.id
YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Mantan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Prof. Dwikorita Karnawati, memaparkan analisis penyebab banjir bandang yang melanda wilayah Sumatra dalam Forum Pojok Bulaksumur di Selasar Tengah Gedung Pusat UGM, Kamis (4/12/2025).
Dalam acara bertajuk “Menelisik Penyebab dan Dampak Banjir Bandang Sumatra”, Dwikorita menyebutkan bahwa kondisi geologi Perbukitan Barisan secara alami memang rentan bencana, namun tingkat kerusakan yang terjadi saat ini tidak semata-mata dipicu faktor alam.
Menurut Dwikorita, Perbukitan Barisan memiliki karakter kegempaan kecil dan potensi longsor yang terjadi secara alami. Namun jika murni faktor alam, bencana berskala besar tidak akan terjadi pada periode saat ini.
“Kalau benar-benar alamiah, banjir bandang baru akan terjadi lagi sekitar 50 tahun sejak peristiwa tahun 2003. Artinya, harusnya baru terjadi tahun 2053, bukan sekarang,” ungkapnya.
BACA JUGA : Banjir Besar Sumatera, Kemenkes Fokus Selamatkan Nyawa dan Antisipasi Wabah
BACA JUGA : Kerusakan Ekosistem Hulu DAS Perparah Banjir Bandang Sumatra, Ini Penjelasan Pakar UGM
Ia merujuk pada bencana banjir bandang di Taman Nasional Gunung Leuser pada 2003 yang dipicu longsor alami akibat gempa.
Karena periode ulang belum terpenuhi, Dwikorita menilai ada faktor non-alami yang mempercepat dan memperparah bencana, mulai dari frekuensi kejadian, intensitas, hingga luas wilayah terdampak.
“Ada lahan yang terbuka. Entah karena pembalakan liar, permukiman, atau penggunaan lain. Itu sangat memperparah bencana,” ujarnya.
Meski tidak meneliti langsung praktik pembalakan liar, ia menegaskan bahwa citra satelit menunjukkan banyak area yang tidak lagi tertutup hutan.
BACA JUGA : Peduli Korban Bencana Sumatra, Polda DIY Sediakan Dapur Umum dan WiFi Gratis untuk Mahasiswa
BACA JUGA : Polda DIY Kirim Ratusan Logistik Bantuan untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumatra
“Kerentanan geologi seharusnya dikompensasi dengan pemulihan lingkungan. Bukan dibiarkan,” katanya.
Dwikorita menekankan perlunya pemetaan ulang wilayah terdampak, mengingat perubahan bentuk permukaan tanah setelah banjir bandang, termasuk munculnya endapan baru.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: