Wacana Pemanfaatan Serangga untuk Program MBG, Begini Respon dari Ahli Gizi UGM
Ahli Gizi UGM beri respon terkait wacana pemanfaatan serangga untuk program MBG-Foto by Media Indonesia-
Selain itu Toto mengungkapkan belalang juga mengandung protein hewani sebagai growth hormone atau hormon pertumbuhan.
BACA JUGA : Takluk Lawan 10 Pemain, PSS Sleman Gagal Amankan Poin di Stadion Sultan Agung Bantul
BACA JUGA : Kunjungan Wisata Tidak Selalu Berdampak Positif Terhadap Perekonomian, GIPI DIY: Quality Tourism Solusinya
"Hormon memperbaiki jaringan yang rusak, lalu sebagai alat angkut untuk mineral tertentu di dalam tubuh sehingga tidak kekurangan zat gizi, lalu kekurangan vitamin A dalam tubuh, zodium untuk pertumbuhan," ujarnya.
Potensi Serangga Lain untuk Menu MBG
Selain belalang, ada sejumlah serangga lain yang punya potensi dimanfaatkan dalam program MBG.
Menurut Toto, jangkrik dan laron bisa masuk dalam MBG. Keduanya lazim dimakan oleh manusia di sejumlah daerah.
Prinsipnya, budaya mengonsumi serangga itu ada di wilayah tersebut dan wilayah tersebut merupakan habitat serangga yang dikonsumsi
"Jadi tidak mengada-ada misalnya Jakarta dikirim belalang, tidak seperti itu. Tapi wilayah di mana mereka sudah habitnya atau biasanya mengonsumi itu," ucapnya.
Itu pun dalam konsumsinya, pengolahannya harus dipastikan dengan baik. Pasalnya Toto menyebut sejumlah belalang ada penyakit Salmonella typhosa, lantaran perilaku belalang makan di tempat kotoran sapi dan sebagainya.
Kedua, ada kandungan histamin penyebab alergi sehingga saat memasaknya harus betul-betul makan. "Itu dikerjakan oleh pemasak yang profesional sehingga aman untuk dikonsumsi," imbuhnya.
Bila produksinya cukup banyak dan pengolahannya dilakukan dengan baik, serangga bisa menjadi opsi pengganti.
Semisal laron yang dibikin pepes atau pepes laron, komposisi laronnya harus cukup banyak. Sama halnya dengan belalang, tergantung pada daerah produksi yang ada.
Jangankan belalang, bekicot saja lanjut Toto di negara maju diolah sangat baik dan memperhatikan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) dengan baik pula, membuat bahan itu menjadi makanan yang elit dan bergizi tinggi.
"Local wisdom, jadi tidak bisa diterapkan di tempat di mana dia tidak mengenal kan gitu, jangan sampai, makanya local wisdom atau local food itu menjadi bagian penting dalam proses keseharian memberikan menu yang baik yang lazim," tandasnya.
BACA JUGA : Wamenpar Kunjungi Kulonprogo, Petakan Potensi Desa Wisata Tinalah dan Pandanrejo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harianjogja.com