Film "2Yoel" Karya Mahasiswa UMY Raih Penghargaan Festival Film Internasional di Brunei Darussalam
Proses produksi di balik layar film pendek "2Yoel" garapan Cinema Komunikasi (CIKO) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, film ini berhasil meraih penghargaan internasional kategori Best Fiction Short Film Award kategori Komedi.--Ciko UMY
BANTUL, diswayjogja.id - Film pendek berjudul '2Yoel' garapan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil meraih Best Fiction Short Film Award kategori Komedi.
Penghargaan tersebut berhasil mereka raih dalam ajang festival film internasional bergengsi, 7th PRISM UBD Short Film Festival 2024, yang diselenggarakan oleh Universiti Brunei Darussalam (UBD) pada awal Desember lalu.
The 7th PRISM UBD Short Film Festival 2024 merupakan ajang prestisius bagi filmmaker dari negara ASEAN, ditambah Jepang dan Rumania. Terdapat 13 penghargaan yang diberikan dari berbagai kategori, upacara penghargaan digelar pada 5 Desember 2024 di di ro-Chancellor Arts Centre theater.
Sutradara Film 2Yoel Ergia Maharani Putri mengungkapkan perasaan bangganya atas pencapaian tersebut. Film ketiga yang ia sutradarai, mampu menembus penghargaan internasional.
"Suatu kebanggaan, apalagi ini pertama kalinya bagi saya. Film ini bisa diterima oleh masyarakat dan berhasil masuk festival, yang bagi saya itu seperti cita-cita yang akhirnya terwujud," kata Ergia di Yogyakarta, Selasa (10/12/2024).
BACA JUGA : Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2024 Resmi Berakhir, Ini Dia Daftar Pemenangnya
BACA JUGA : Perwujudan Inovasi yang Interaktif, DPAD Yogyakarta Rilis Film Bioskop 6 Dimensi
Film pendek '2Yoel' berdurasi 14 menit tersebut menceritakan tentang sesosok tuyul yang harus menuntaskan misinya untuk menghasut seorang anak bernama Alif. Namun, Alif adalah anak yang sangat agamis, yang membuat tugas tuyul menjadi semakin sulit. Di tengah kesulitan itu, tuyul harus menghadapi tantangan besar, termasuk merelakan dirinya kepanasan demi menjalankan misinya. Suatu malam, saat Alif lupa membaca doa sebelum tidur, tuyul melihat celah untuk mengajak Alif masuk ke peradabannya.
Ergia menjelaskan bahwa ide cerita film ini terinspirasi dari mitos yang menyatakan bahwa peradaban jin lebih maju daripada peradaban manusia. Namun, mitos tersebut dikemas dengan cerita kehidupan sehari-hari yang dekat dengan penonton.
Bersama 25 kru yang terbagi tiga angkatan, proses pra produksi dimulai dari bulan Maret 2024. Saat pengembangan naskah dalam film ini, Ergia dan tim mengaku menghadapi tantangan besar terutama karena film ini mengusung genre komedi yang mengangkat isu agama.
"Kami harus sangat berhati-hati dalam pengembangan ceritanya, karena isu agama kalau diangkat dalam film itu cukup sensitif, tapi kami juga ingin agar cerita dalam film ini tetap dapat diterima oleh semua kalangan," ujarnya.
Meskipun demikin, film garapan Cinema Komunikasi (CIKO) UMY ini memiliki tantangan tersendiri karena melibatkan talent atau tokoh anak kecil.
BACA JUGA : Komitmen Majukan Perfilman Indonesia, Netflix Luncurkan Program REEL LIFE Film Camp dengan Menggandeng JAFF
BACA JUGA : Ajang Promosi Filmmaker Berbakat, Alternativa Film Awards & Festival Digelar di GIK UGM
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: