Komunitas Mobil Patah Hati: Menyembuhkan Jiwa-jiwa yang Patah, Kecewa dan Tidak Tahu Arah
Layanan komunitas mobil patah hati-jogjapolitan.harianjogja.com-
Dengan cakupan seluruh wilayah Gunungkidul, ada perwakilan relawan di setiap kapanewon, dengan 15 relawan aktif saat ini.
Umur Semakin Muda
Komunitas Mobil Patah Hati melihat pola ODGJ di Gunungkidul yang usianya semakin muda. Dalam beberapa kasus, anak tingkatan SLTP, SLTA, sampai kuliah sudah terkena gangguan kejiwaan. Penyebabnya beragam.
Andani bercerita saat dia kecil, kalau melakukan kesalahan kemudian di pukul, itu menjadi hal yang biasa saja.
“Kalau anak-anak sekarang dimarahi agak kasar dikit, mereka merasa tidak diterima keluarga dan sebagainya, ada semacam perbedaan mental. Di wilayah Gunungkidul, anak-anak umur SLTP atau SLTA kelas satu sudah kabur dari rumah dua sampai tiga hari, udah ada gangguan di jiwanya,” katanya.
Di samping ODGJ, Gunungkidul juga memiliki masalah banyaknya kasus bunuh diri. Mayoritas atau bahkan semuanya berupa gantung diri.
Kasus ini masih sering dikaitkan dengan mitos masyarakat setempat, apabila yang bunuh diri, sebelumnya mendapatkan tanda berupa pulo gantung.
Apabila pulo gantung yang berbentuk bola api datang ke suatu rumah, maka tidak lama setelahnya ada orang di situ yang bunuh diri.
Terlepas dari kepercayaan tersebut, pola yang sama juga terjadi, tentang usia orang bunuh diri yang semakin muda. Sebelumnya, orang yang bunuh diri biasanya orang tua, sekitar 60 tahun ke atas.
BACA JUGA : Maksimalkan Sumber Daya, RKPD Yogyakarta Disusun dengan Visi Panjang DIY 2045
BACA JUGA : Pojok Bulaksumur Mengupas Tuntas Agenda Seminar Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 UGM
“Sekitar tahun 2021, ada anak muda yang masih kuliah juga gantung diri. Dia kuliah perawatan, apabila masalahnya pengetahuan, sepertinya tidak. Masalah kemiskinan juga kayaknya enggak. Perlu perhatian lebih untuk mencari tahu apa penyebabnya,” kata Andani.
Kondisi Ekonomi
Meski namanya Mobil Patah Hati, bukan berarti penyebab ODGJ semuanya lantaran urusan asmara. Patah hati dimaknai perasaan kecewa mendalam yang berdampak pada psikologis manusia. Rasa kecewa bisa kepada teman, keluarga, atau pihak lainnya.
“Saya enggak bisa bilang ekonomi menjadi penyebab [orang menjadi ODGJ], perlu penelitian lebih lanjut karena kemiskinan atau tidak,” kata laki-laki berusia 39 tahun tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harianjogja.com