Tim Gardan Fantri Adakan FGD Pengisian SDQ, Diikuti Guru BK dan Agama Kota Tegal

Tim Gardan Fantri Adakan FGD Pengisian SDQ, Diikuti Guru BK dan Agama Kota Tegal

SAMBUTAN - Kepala DPPKBP2PA Kota Tegal dr Rofiqoh MM memberikan sambutan saat membuka Forum Group Discussion Pengisian SDQ-K. ANAM SYAHMADANI/RADAR TEGAL -

TEGAL, DISWAYJOGJA - Tim Gerakan Pemberdayaan (Gardan) Forum Anak Tegal Bahari (Fantri) mengadakan Forum Group Discussion (FGD) Pengisian Strengths and Difficulties Questionnaires (SDQ) yang bertempat di Kantor Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP2PA) Kota Tegal, bulan Juni 2924.

FGD Pengisian SDQ diikuti Guru Bimbingan Konseling dan Guru Agama dibuka Kepala DPPKBP2PA Kota Tegal dr Rofiqoh MM dan dimoderatori Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Achsin dengan narasumber dari Tim Gardan Fantri yakni Psikolog Klinis Madya RSUD Kardinah Ana Dani Andrianti SPsi PSI.

BACA JUGA:Melihat Sinar Fantri yang Diadakan DPPKBP2PA Kota Tegal, Isi Liburan dengan Kegiatan Bermanfaat

Sebagai informasi, FGD Pengisian SDQ merupakan salah satu tahapan dari Rencana Proyek Perubahan Gardan Fantri Menuju Kota Layak Anak dari Kepala DPPKBP2PA Kota Tegal dr Rofiqoh MM yang tengah menjalani Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II Angkatan IV Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Tengah 2024.

Tim Gardan Fantri sendiri ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tegal. Tim Gardan Fantri terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah terkait, Tim Efektif, sekolah, dan psikolog. Tim ini bertugas untuk menyelesaikan Penyusunan SE Wali Kota Tentang Gardan Fantri dan membantu pembinaan Fantri.

Psikolog Klinis Madya RSUD Kardinah Ana Dani Andrianti SPsi PSI dalam materinya menjelaskan, SDQ atau Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan adalah sebuah instrument skrining perilaku singkat untuk anak dan remaja yang memberikan gambaran singkat dari perilaku yang berfokus pada kekuatan dan kesulitan mereka.

Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan adalah alat ukur atau skala psikologi, terdiri dari 25 item dengan lima dimensi yang akan diukur. Yaitu prososial, hiperaktif, masalah emosi, perilaku serta hubungan teman sebaya. Tujuan skala kuesioner ini mengetahui masalah yang berhubungan dengan emosional dan perilaku pada anak-anak dan remaja dan mengetahui tingkat kesiapan belajar pada anak.

Lebih lanjut dipaparkan, SDQ memiliki dua bagian yaitu Bidang Kesulitan terdiri dari Emosional Problem, Conduct Problem, Hyperactivity-Inattention, Peer Problem. Sedang Bidang Kekuatan Positif yaitu Perilaku Pro-Sosial.  “Ada skor dampak untuk membantu dalam prediksi masalah kesehatan emosional,” kata Andri dalam paparannya.

Kepala DPPKBP2PA Kota Tegal dr Rofiqoh MM mengatakan, anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu didukung dan dilindungi dengan segenap upaya. Kesehatan mental anak memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk karakter dan potensi mereka. Kesehatan mental anak sangat penting dalam perkembangan mereka sebagai individu yang sehat secara holistik.

Kesehatan mental anak mencakup kondisi emosional, psikologis, dan sosial mereka memengaruhi cara mereka berpikir, merasa, dan berperilaku sehari-hari. “Sebagai orang tua, pendidik, dan pemangku kepentingan, kita memiliki tanggungjawab untuk memahami dan mendukung kesehatan mental anak-anak,” ungkap dr Rofiqoh.

BACA JUGA:SE Wali Kota Tegal Tentang Pemberdayaan Kesehatan Mental Anak oleh Tim Gardan Fantri Disosialisasikan

Sesuai SE Wali Kota Tegal Tentang Pemberdayaan Kesehatan Mental Anak oleh Tim Gardan Fantri, Guru Bimbingan Konseling dapat memprioritaskan melatih anak untuk tanggap dalam segala situasi. Sehingga anak dapat dengan cepat beradaptasi pada perubahan yang terjadi. Kemudian, mendorong minat dan bakat anak agar anak menjadi lebih aktif, kreatif, dan terampil.

Selain itu, melatih anak untuk terampil mengemukakan ide atau gagasan di berbagai forum. Guru Agama dapat memprioritaskan menanamkan nilai moral dan etika pada anak, memberikan bimbingan spiritual keagamaan, membimbing anak menjauhi perilaku negatif yang melanggar nilai agama, sehingga anak mendapatkan ketenangan batin yang berpengaruh terhadap kesehatan mentalnya.

“Saya mengajak semua bergandeng tangan dalam menjalankan langkah-langkah konkret yang telah dirumuskan, demi menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus,” ucap dr Rofiqoh. (*) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: