Menyusuri Masjid Al-Kurdi Tertua di Brebes, Berdiri 1917, Nyaris Dibakar Belanda
SEJUK - Suasana kesejukan di Masjid Al-Kurdi Desa Karangmalang Kecamatan Ketanggungan saat bulan Ramadan. -EKO FIDIYANTO/ RADAR BREBES -
BREBES, DISWAYJOGJA - Masjid Al-Kurdi, terletak 25 kilometer dari pusat Kabupaten Brebes l, tepatnya berada di Desa Karangmalang, Kecamatan Ketanggungan. Dalam dinding masjid tertulis berdirinya masjid di tahun 1917, artinya masjid ini ada sebelum kemerdekaan RI 1945, sudah digunakan masyarakat untuk beribadah.
Ornamen Masjid Al-Kurdi cukup sederhana tanpa pernak pernik seperti masjid modern. Pintu jendela dan tiang penyangga masih terbuat dari kayu jati. Masih utuh keasliannya sampai saat ini.
Bahkan, lantai masjid masih menggunakan tegel, lantai yang populer digunakan pada masa Hindia Belanda. Bagian dalam masjid ini, masih menggunakan corak yang khas peninggalan tempo dulu, yakni tegel masjid didominasi warna biru dan sebagian warna kuning dengan motif bunga.
BACA JUGA:Menyusuri Jejak Islam di Kota Tegal, Ada Musala dari Kayu Kapal dan Masjid Tertua
Aksesoris lainnya yang masih utuh, yakni tongkat kayu yang ujungnya terdapat pisau (belati), sehingga tampak seperti tombak. Tongkat ini selalu digunakan oleh para pengkhotbah di mimbar, seperti dalam Salat Jumat. Tongkat kayu yang dibuat pada masa itu, juga untuk menjaga atau mempertahankan diri dari serangan musuh.
Hal sama juga nampak pada bedug atau alat pukul yang terbuat dari kulit kerbau masih ada sejak masjid ini dibangun, nampak beberapa bagian ada yang berlubang dimakan usia.
Masjid Al Kurdi memiliki nilai sejarah terutama bagi perkembangan Islam di Kabupaten Brebes pada zaman dahulu. Dari cerita secara turun-temurun, selain dibangun pada masa penjajahan Belanda, masjid ini sering dijadikan sebagai tempat ibadah maupun untuk berkumpulnya para pejuang untuk menyusun strategi perang gerilya.
Secara tertulis memang belum ditemukan bukti kuat ada keterkaitan Masjid Al-Kurdi dengan perjuangan masa penjajahan Belanda. Namun, di sekitar Masjid ini terdapat makam-makam aulia dan pejuang Islam. Antara lain KH Zarkasih yang dikenal sebagai Hafidzul Quran, Mbah Soebi Waliyullah dan KH Jazuli Malawi.
BACA JUGA:Tarhim Ramadan, Jamaah Masjid Baiturrohman Ucapkan Terima Kasih kepada Wali Kota Tegal
Komplek makam para Aulia ini sering dipadati peziarah dari luar daerah, seperti Cirebon, Jakarta, Banten, Yogya maupun Sumatera atau dari luar Jawa. Keberadaan Masjid Al-Kurdi yang berada di dalam pesantren ini menjadi bukti bahwa pesantren tersebut dipercaya sebagai pondok pesantren tertua di Kabupaten Brebes.
Meskipun demikian, secara fisik pondok pesantren asli yang dahulu bernama Asrama Madrasah Islam Karangmalang (AMIK) sudah tidak ada karena telah dibakar oleh Belanda pada zaman penjajahan. Saat ini pondok pesantren tersebut telah berganti nama dengan Pondok Pesantren At Taqwa.
Pondok Pesantren AMIK didirikan pada masa pemerintahan Raden Mas Martana yang dalam catatan Pemerintah Kabupaten Brebes memerintah kabupaten tersebut tahun 1909-1920, yang merupakan permintaan Kanjeng (Bupati) Cirebon yang datang ke Brebes dan meminta harus ada pondok pesantren di Brebes.
Setelah empat tahun berdiri, jumlah santrinya mencapai ribuan. Karena khawatir dijadikan tempat pergerakan atau penggalangan kekuatan melawan penjajah, pondok tersebut akhirnya dibakar oleh Belanda. Namun, Masjid Al Kurdi berhasil dipertahankan oleh santri dan masyarakat setempat sehingga tidak ikut dibakar.
Karena bangunan pondok habis terbakar, KH Jazuli kemudian memindahkan pondok tersebut ke lokasi lain di desa yang sama. Nama pondok kemudian diganti dengan At-Taqwa yang saat ini di pimpin oleh KH Jumhur Abd Qodir.
Seorang sejarahwan Pantura Brebes Wijanarto mengungkapkan bahwa Masjid Al-Kurdi di Desa Karangmalang, Kecamatan Ketanggungan, merupakan masjid yang memiliki situs bersejarah di Kota Telur Asin. Masjid ini awal mulanya didirikan oleh seorang pedagang kaya raya yang sukses dalam usaha pertaniannya saat itu, sehingga membangun masjid ini di tanah miliknya sendiri.
”Almarhum Kyai Haji Kurdi, seorang pedagang sukses yang kemudian pada tahun 1917, mendirikan masjid yang dinamakan Masjid Al-Kurdi yang hanya berukuran 20 x 40 meter," kata Wijanarto, Rabu (20/3).
Hingga saat ini, masjid yang masih berdiri kokoh selalu ramai dipadati jamaah. Hal ini, karena masjid ini menjadi sentra kegiatan para santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) At-Taqwa. Apalagi di bulan suci Ramadan, jamaah di masjid tertua di Kabupaten Brebes ini meningkat tajam. Untuk kegiatan ibadah di bulan Ramadan ini juga lebih padat dari biasanya.
”Pendiri KH Kurdi, meski sebagai pedagang sukses, ia sendiri merupakan salah satu tokoh umat Islam di Kabupaten Brebes yang nyaris terlupakan. Padahal beliau sangat khidmat mendakwahkan islam di Kabupaten Brebes," ungkapnya.
Wijanarto menyampaikan, sosok KH Kurdi tercatat pernah menjadi anggota dewan di Kabupaten Brebes bentukan pemerintah kolonial Belanda kala itu bersama tokoh-tokoh lainnya saat itu. Ini menunjukkan bahwa KH Kurdi memiliki power di bidang agama dan usaha. Bahkan, pada Muktamar NU ke ldua, ketiga dan keempat, KH. Kurdi menjadi penyandang dana gelaran akbar tersebut, sebelum memasuki kemerdekaan RI di tahun 1945.
”Bukti bahwa KH Kurdi sebagai pengusaha sukses kala itu, yakni ditunjukkan dengan adanya pemasangan iklan dagang hasil pertanian yang terbit di tahun 1940 di Batavia (Jakarta) waktu itu. Adapun makam beliau berada di komplek masjid, yakni sebelah barat masjid bersama istrinya Hajjah Rauiyah," pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: