Potret Guyub dan Kompaknya Warga Giwangan Hidupkan Bendhung Lepen, Berbuah Dukungan Penuh BRI
Albertus Yudi, salah satu pengelola Bendhung Lepen, memantau aktivitas pengunjung di kawasan agrowisata yang dulunya kumuh, Giwangan, Umbulharjo, Jogja, 2025--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
BACA JUGA : Bangkit Bersama KUR BRI, Gerobak Bakso Jadi Lentera Harapan Yudi
“Tim dari BRI, termasuk pimpinan yang langsung datang dari Jakarta, turun langsung ke sini. Kami diberi waktu satu bulan untuk membuat proposal dan kebutuhan lainnya. Setelah itu anggaran langsung turun, tapi bukan dalam bentuk uang. Mereka datang membawa tim dan material untuk membangun area ini. Pertama itu balon gapura dan bagian tebing di sisi selatan. Gapura depan juga bantuan dari BRI. Bantuan ini ada dua tahap,” jelasnya.
Ia menyebut bantuan BRI terdiri dari dua tahapan, tahap pertama di tahun 2022 dengan anggaran sekitar Rp 800 juta. Tahap kedua satu tahun setelahnya, dengan nominal lebih kecil karena hanya untuk penambahan fasilitas dan hiasan.
“Bantuan dari BRI ini benar-benar mendorong pengembangan Bendhung Lepen. Kami tidak menyangka perhatian mereka sebesar ini, sampai turun langsung ke lapangan,” ucapnya.
Ia menyebut awalnya tempat ini bukan untuk wisata, tapi gerakan pemuda untuk menjaga lingkungan.
"Kami ingin irigasi tetap bersih, maka dibuat sekat untuk menahan sampah agar tidak langsung terbawa arus. Lumpurnya dulu tinggi sekali, hampir setengah meter. Kami keruk manual berminggu-minggu. Kami juga mendapat masukan agar tetap menjaga ekosistem air tawar. Dari situ kami mulai membenahi, dan dari mulut ke mulut serta media sosial, tempat ini mulai dikenal sampai sekarang. Karena sejak awal ini dibangun untuk kegiatan sosial, kami ingin tetap gratis selamanya," ucapnya.
Kawasan yang sekarang penuh fasilitas ini dulunya hanya berupa kandang babi dan tempat pembuangan limbah medis dari rumah sakit, yang pernah menimbulkan kecelakaan karena tertusuk jarum bekas.
BACA JUGA : Wabub Tanam Pohon Kelapa Hibrida, Sleman Mulai Bangun Pohon Kehidupan untuk Masa Depan
BACA JUGA : Kunjungi Kawasan Sains BRIN Gunungkidul, Megawati Minta Riset Hayati Ditingkatkan
"Kalau dipungut biaya, dikhawatirkan jumlah pengunjung berkurang dan pedagang kehilangan pembeli. Jadi semakin banyak pengunjung, semakin hidup ekonomi warga di sini. Belum ada yang jualan. Bahkan dulu di sini hanya ada kandang babi dan tempat pembuangan limbah medis. Pernah ada yang jadi korban karena tertusuk jarum bekas. Iya, sekitar 2016–2017. Tapi setelah selesai dibangun, tidak ada yang mengelola. Baru setelah itu teman-teman pemuda mulai mengelola dan menghidupkan tempat ini," tuturnya.
Ia mengungkapkan hal yang paling berat dalam pembangunan Bendhung Lepen adalah mengatasi lumpur dan teknik penyekatan sungai.
Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki pengalaman, bahkan sekat yang mereka buat gagal sampai lima kali.
"Kami harus mencari cara agar sekat bisa menahan sampah tapi tidak mengurangi debit air. Awalnya ada sedikit salah paham dengan petani karena debit air berkurang saat percobaan awal. Tapi setelah mereka lihat hasilnya, mereka justru mendukung. Sekarang hubungan baik. Jauh lebih menarik sekarang. Banyak fasilitas bertambah, tempatnya lebih rapi, dan banyak warga yang akhirnya bisa berdagang," ujarnya.
BRI juga membuatkan greenhouse untuk ibu-ibu PKK di Bendhung Lepen, posisinya tepat berada di bawah jembatan.
"Tapi itu saat ini masih macet. Kemudian ada pembersihan sampah formalin, itu kami bersihkan dari BRI juga. Kalau lapak kan dulu memang sudah ada, cuma dibuatkan meja dari BRI," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: