8.008 Warga Bantul Hidup di Garis Kemiskinan Ekstrem, Dinsos: Ini Bukan Sekadar Soal Uang

8.008 Warga Bantul Hidup di Garis Kemiskinan Ekstrem, Dinsos: Ini Bukan Sekadar Soal Uang

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bantul, Sukrisna Dwi Susanta, memberikan keterangan kepada wartawan tentang upaya penanganan kemiskinan ekstrem di Bantul, Selasa (7/10/2025). Pemkab berkomitmen menekan angka kemiskinan ekstrem melalui program pemberdayaan e--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

BANTUL, diswayjogja.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mencatat masih ada 8.008 jiwa atau sekitar 1.154 Kepala Keluarga (KK) yang masuk dalam kategori kemiskinan ekstrem. 

Angka ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Bantul masih menghadapi kesenjangan ekonomi yang cukup serius meski berbagai program penanggulangan telah dijalankan.

Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kabupaten Bantul, Sukrisna Dwi Susanta, mengatakan data tersebut merujuk pada kelompok masyarakat Desil 1, yaitu kategori penduduk yang tergolong sangat miskin berdasarkan sejumlah variabel kesejahteraan.

“Kalau data terakhir, jumlah penduduk miskin ekstrem di Bantul itu ada 8.008 jiwa. Kalau dalam satuan keluarga, itu sekitar 1.154 KK,” katanya, Selasa (7/10/2025).

Ia menjelaskan, klasifikasi kemiskinan ekstrem tidak hanya dilihat dari sisi penghasilan, tetapi juga dari kondisi tempat tinggal dan akses terhadap kebutuhan dasar.

“Mereka tergolong miskin karena beberapa faktor, seperti belum memiliki akses listrik, lantai rumah masih tanah, dan penghasilan per bulan yang sangat rendah sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar,” ucapnya.

BACA JUGA : Sleman Pintar Plus-Plus, Strategi Pemkab Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pendidikan

BACA JUGA : Bantul Salurkan Bansos Stimulan Rp1,9 Juta untuk 262 Keluarga Miskin Ekstrem

Menurutnya, persoalan utama bukan pada ketersediaan lapangan kerja, melainkan pada stabilitas ekonomi masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.

"Sebenarnya bukan soal minimnya lapangan pekerjaan, tapi lebih ke kondisi ekonomi masyarakatnya yang masih belum stabil,” jelasnya.

Dinsos, lanjut dia, terus berupaya menekan angka kemiskinan ekstrem dengan berbagai intervensi sosial, termasuk melalui program pemberdayaan keluarga miskin, bantuan sosial terintegrasi, serta kolaborasi lintas instansi.

"Kita berusaha agar intervensinya tidak hanya dalam bentuk bantuan tunai, tapi juga pemberdayaan ekonomi agar mereka bisa mandiri,” ujarnya menegaskan.

Ia menegaskan bahwa kecilnya persentase tidak boleh menjadi alasan untuk mengendurkan perhatian terhadap kelompok masyarakat paling rentan itu.

“Dari total 8.008 jiwa miskin ekstrem itu, kalau dilihat dari persentase memang kecil, hanya sekitar 11 persen dari total penduduk Bantul. Tapi tetap harus menjadi perhatian,” tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: