Rahasia Nama Kalurahan di Sleman, Warisan Merapi dan Kasultanan Yogyakarta yang Sarat Makna
Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman, Susmiarto, menjelaskan filosofi nama-nama kalurahan di Sleman yang berakar dari sejarah Kasultanan Yogyakarta dan Gunung Merapi.--Foto: Kristiani Tandi Rani/DiswayJogja.id
SLEMAN, diswayjogja.id - Sejarah Kabupaten Sleman memiliki keterkaitan erat dengan Gunung Merapi dan Kasultanan Yogyakarta.
Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sleman, Susmiarto, yang menyebut bahwa wilayah utara Sleman merupakan bagian dari kawasan Gunung Merapi yang memiliki nilai budaya dan historis penting.
“Perbatasan utara Kabupaten Sleman adalah kawasan Gunung Merapi. Ketika Merapi meletus, wilayah yang terkena dampaknya termasuk bagian dari Kasultanan Yogyakarta,” katanya saat ditemui DiswayJogja, Sabtu (4/10/2025).
Menurutnya, Sultan Yogyakarta memiliki peran penting dalam merawat dan melestarikan Gunung Merapi, baik dari sisi budaya maupun spiritual. Tradisi adat yang dilakukan di kawasan gunung tersebut menjadi simbol hubungan manusia dengan alam, yakni Labuhan Merapi.
Upacara Labuhan Merapi merupakan rangkaian peringatan tingalan Dalem Jumeneng atau Bertahtanya Sri Sultan HB X sebagai Raja Kraton Yogyakarta.
BACA JUGA : Soal Kasus Korupsi Mantan Bupati Sleman Sri Purnomo, Sri Sultan Minta Pejabat Pegang Aturan
BACA JUGA : Kolaborasi Hijau, Sleman dan Jasa Marga Tanam 1.500 Pohon untuk Wariskan Harapan Generasi Mendatang
“Ada adat atau acara khusus seperti Labuhan Merapi yang menjadi bagian dari tradisi dalam menjaga Gunung Merapi. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap alam dan warisan budaya yang masih dijaga hingga kini,” ucapnya.
Selain aspek budaya, ia menuturkan bahwa keterikatan historis antara Sleman dan Kasultanan Yogyakarta juga membentuk struktur administratif kabupaten ini.
Sesuai dengan Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, istilah yang digunakan di Sleman bukan kelurahan, melainkan kalurahan.
“Kalurahan merupakan hasil penggabungan dari beberapa desa lama menjadi satu desa baru. Jadi penyebutannya berbeda karena mengikuti sistem keistimewaan Yogyakarta,” jelasnya.
Ia menambahkan, pada tahun 1946 terdapat 262 desa di wilayah Sleman. Seiring penataan wilayah, desa-desa tersebut kemudian digabung menjadi 86 kalurahan. Proses penggabungan ini dilakukan secara bervariasi, tergantung kondisi masing-masing daerah.
BACA JUGA : Portal Truk Galian C Dipasang di Sleman, Warga Senang tapi Ingatkan Jalur Evakuasi Merapi
BACA JUGA : 15 Tahun Bank Sampah Apel Sleman, Ketekunan Ibu-Ibu Ubah Sampah Jadi Bernilai Ekonomi
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: