Bupati Bantul Ungkap Akar Masalah Sampah: Bukan Teknologi, Tapi Budaya

Bupati Bantul Ungkap Akar Masalah Sampah: Bukan Teknologi, Tapi Budaya

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih saat menjelaskan pentingnya perubahan budaya masyarakat dalam pengelolaan sampah.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

BACA JUGA : Bandar Judi Online Bantul Belum Tertangkap, JPW Sebut Polda DIY Janggal

Menurutnya, akar masalah sesungguhnya terletak pada budaya masyarakat yang belum terbiasa mengelola sampah dengan benar.

“Kita sempat mencoba merintis kerja sama dengan mereka, tetapi investasi yang dibutuhkan sangat besar sehingga kita tidak mampu,” jelasnya. 

Ia mencontohkan sistem pengelolaan sampah di Singapura dan negara-negara Skandinavia yang dinilai berhasil. 

“Di Singapura tidak ada pemilahan sampah seperti di kita. Semua sampah, baik organik, anorganik, maupun berbahaya, langsung dimasukkan ke insinerator,” tambahnya. 

Halim menjelaskan, sistem tersebut memanfaatkan teknologi Waste to Energy (WTE). Dengan suhu sangat tinggi, sampah dibakar hingga menghasilkan uap. 

“Uap itu menggerakkan turbin, dan turbin menghasilkan energi listrik. Inilah Waste to Energy, WTE,” lanjutnya.

Meski terlihat menjanjikan, Halim menegaskan bahwa sistem itu belum bisa diadopsi di Bantul karena biaya investasi yang amat besar. 

“Kita sempat berpikir meniru Singapura. Namun, setelah dipelajari, investasinya sangat besar, mencapai triliunan,” pungkasnya. 

Ia menekankan, tanpa perubahan budaya masyarakat, teknologi secanggih apa pun tidak akan menyelesaikan persoalan sampah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait