Keracunan Massal Siswa Sleman Meningkat, 379 Terdampak Usai Program MBG

Keracunan Massal Siswa Sleman Meningkat, 379 Terdampak Usai Program MBG

Siswa di Sleman mendapatkan perawatan usai mengalami keracunan massal setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis di sekolah.--Foto: IST

SLEMAN, diswayjogja.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sleman yang sejatinya digadang-gadang mampu meningkatkan kesehatan serta menunjang konsentrasi belajar siswa, justru berujung duka.

Alih-alih menambah energi, makanan yang dibagikan kepada para pelajar ini malah menimbulkan kasus keracunan massal.

Sebanyak 379 siswa dari empat sekolah di Kecamatan Mlati, Sleman, dilaporkan mengalami gejala setelah menyantap menu rawon pada Selasa (12/8/2025).

Peristiwa ini membuat panik para orangtua dan guru.

BACA JUGA : Kasus MBG Sleman, Proses Penyelidikan Libatkan Polisi hingga BPOM

BACA JUGA : Kepala SMP Muhammadiyah 3 Mlati Klarifikasi Kasus MBG, Pastikan Kondisi Siswa Membaik

Pasalnya, program MBG selama ini dipercaya sebagai salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan status gizi anak sekolah.

Namun, pada kejadian kali ini, menu yang seharusnya menjadi sumber nutrisi justru memicu masalah kesehatan.

Gejala yang dikeluhkan para siswa cukup beragam, mulai dari mual, pusing, hingga diare yang membuat mereka harus segera mendapat penanganan medis.

Keluhan mulai muncul pada Rabu pagi (13/8/2025), sehari setelah pembagian menu MBG berupa rawon lengkap dengan nasi, sayur, dan buah.

Dari total 1.880 siswa penerima program MBG di empat sekolah tersebut, tercatat 379 orang mengalami gejala serupa.

Jumlah ini tergolong besar dan cukup mengejutkan bagi aparat kesehatan di wilayah Sleman.

Sebagian besar siswa yang terdampak langsung mendapat perawatan di Puskesmas Mlati I dan II.

Namun, tidak semua kondisi bisa ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

BACA JUGA : Usai Keracunan, SMP Muhammadiyah 3 Mlati Setop Konsumsi MBG Mulai Hari Ini

BACA JUGA : Ratusan Siswa dari Tiga Sekolah di Sleman Keracunan Diduga Usai Konsumsi MBG

Tercatat ada 23 siswa yang kondisinya lebih serius sehingga harus dirujuk ke rumah sakit.

Dari total itu, sebanyak 19 siswa menjalani perawatan di RSUD Sleman, sedangkan 4 lainnya dirawat di RSA UGM.

Hingga Sabtu (16/8/2025), masih ada satu siswa yang harus menjalani rawat inap di RSA UGM, sementara lainnya sudah diperbolehkan pulang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sleman, dr. Khamidah Yuliati, memastikan bahwa kondisi mayoritas siswa kini membaik.

Ia menegaskan, pihak Dinas Kesehatan telah menyiapkan langkah cepat sejak laporan pertama masuk.

"Sampai Jumat malam, hanya tersisa satu siswa yang masih dirawat. Seluruh pasien lain sudah diperbolehkan pulang,” katanya, Minggu (17/8/2025).

Ia menambahkan, penanganan darurat segera dilakukan begitu muncul laporan adanya gejala keracunan.

Dinas Kesehatan Sleman, kata dia, segera berkoordinasi dengan puskesmas dan rumah sakit untuk menampung siswa yang membutuhkan perawatan lebih lanjut.

“Begitu ada lonjakan siswa yang mengeluh mual dan diare, kami langsung mengoordinasikan layanan di puskesmas dan rumah sakit terdekat,” ujarnya.

Meski demikian, penyebab pasti keracunan belum bisa dipastikan.

Menurutnya, pihaknya sudah mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium.

“Sampel makanan sudah kami ambil untuk uji laboratorium. Hasilnya akan menentukan apakah ada kontaminasi bakteri atau faktor lain,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kasus ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah.

Tujuan mulia program MBG harus tetap dijaga, terutama dalam aspek keamanan pangan. Jika tidak, kejadian serupa bisa kembali terulang.

"Program makan bergizi gratis adalah langkah baik, tapi keamanan pangan harus betul-betul dijaga agar kasus serupa tidak terulang,” tegasnya.

Peristiwa ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran di kalangan siswa, tetapi juga menjadi bahan evaluasi besar bagi pemerintah daerah.

Insiden keracunan massal di Sleman menunjukkan bahwa aspek pengawasan makanan tidak boleh diabaikan.

Apalagi, program MBG memiliki cakupan yang luas dengan jumlah penerima ribuan siswa.

Masyarakat, khususnya orangtua murid, berharap agar evaluasi dilakukan secara menyeluruh.

Transparansi hasil uji laboratorium juga dinilai penting agar publik mengetahui penyebab pasti kejadian tersebut.

Dengan begitu, kepercayaan masyarakat terhadap program MBG dapat dipulihkan.

Dengan 379 siswa terdampak, kasus ini disebut sebagai salah satu keracunan massal terbesar dalam beberapa tahun terakhir di Sleman.

Pemerintah daerah kini menghadapi tantangan ganda, menjaga keberlangsungan program gizi sekaligus memastikan setiap makanan yang disajikan benar-benar aman untuk dikonsumsi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait