Janggan sendiri berasal dari kata ‘jangga’ berarti leher, yang melukiskan keindahan dan kesucian kaum perempuan keraton, dan perempuan Jawa pada umumnya.
Sementara warna hitam janggan menggambarkan simbol ketegasan, kesederhanaan, dan kedalaman, juga sifat kewanitaan yang suci dan bertakwa.
6. Blangkon
Ketika mengenakan pakaian adat untuk acara resmi, pria Jawa seringkali mengenakan tutup kepala berupa blangkon.
BACA JUGA : Keraton Yogyakarta Punya Menu Khas Makan Siang yang Unik dan Penuh Protein
BACA JUGA : Mengulik Ritual dan Tujuan Jamasan Pusaka Keraton Yogyakarta
Dikenal dua jenis blangkon, yaitu blangkon Yogkarta dan Solo yang memiliki perbedaan, yaitu pada bagian belakang dan warnanya
Untuk mondolan blangkon Solo berbentuk datar dan berwarna kecoklatan, sementara blangkon Yogyakarta berbentuk monjol dan warnanya cenderung putih.
8. Sabukwala
Dalam budaya masyarakat Yogyakarta, terdapat upacara adat tetesan yaitu upacara sunat untuk anak perempuan yang nantinya akan menggunakan pakaian adat yang dikenal dengan sabukwala.
Komponen dari pakaian tradisional sabukwala ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu kain cindhe, lonthong atau sabuk, ikat pinggang yang disebut kamus bludiran, dan slepe.
Selanjutnya, dalam pemakaiannya dilengkapi juga dengan ditambahkan aksesori di antaranya subang, gelang kana, dan kalung susun. Hal ini dilakukan agar semakin mempercantik anak perempuan tersebut.
BACA JUGA : Lodeh Kluwih: Simbol Kesederhanaan dan Ritual Penting Keraton Yogyakarta
BACA JUGA : Mengulik Alasan Yogyakarta Disebut Daerah Istimewa, Simak Ulasan Lengkapnya
9. Semekan
Pakaian adat Yogyakarta selanjutnya adalah Semekan yang berupa kain khusus dengan ukuran sebesar 250 cm x 60 cm dan digunakan dengan cara melilitkan ke badan tepat di bawah ketiak sampai ke atas pinggul.