Pasar Legi Kotagede yang sekarang tidak sama seperti dulu, jika dilihat secara luasa, maka dulunya tidak seluas sekarang dan di sekitar pasar ini juga dipenuhi dengan hutan.
Para penjualnya juga masih menjajakan dagangannya di sela-sela pohon rindang sekalian untuk menghalau panas.
Kebanyakan pedagang di pasar ini menjual hasil pertanian seperti buah, sayur, dan beras. Dari tempat asalnya, penjual membawa dagangannya dengan cara digendong atau dipikul.
BACA JUGA : 5 Warung Sate Klatak Paling Ramai di Jogja, Punya Cita Rasa Otentik dengan Penyajian yang Unik
BACA JUGA : Kelurahan Cokrodiningratan Jogja Terus Memperkuat Keterpaduan Antara Posyandu dengan BKB
Asal Mula Pasar Kotagede Disebut sebagai Pasar Legi
Awalnya, nama pasar ini adalah Pasar Kotagede namun seiring berjalannya waktu mulai disebut dengan Pasar Legi Kotagede.
Ada asalan mengapa hal ini bisa terjadi, karena ada hari di mana Pasar Kotagede paling ramai transaksinya, yaitu di hari pasaran Legi.
Pada saat itu penjual tumpah ruah tak hanya menjual hasil pertanian, tapi juga obat-obatan, ikan, jajan pasar, sampai tembakau.
Ada juga pedagang yang menyediakan barang dari besi dan tembaga, misalnya seperti alat penanak nasi, pisau, dan cangkul bahkan ada juga penjual gerabah, alat membatik, dan lain-lain.
BACA JUGA : Berbagai Event Halloween di Jogja, Mulai 30 Hingga 31 Oktober 2024
BACA JUGA : Segini Biaya Hidup Mahasiswa di Jogja, Ikuti Tips untuk Hemat Uang Jajan
Perkembangan Pasar Kotagede di era Hindia Belanda
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Pasar Kotagede mengalami perkembangan jika dilihat dari munculnya los-los pasar yang seragam.
Banyak pedagang dari luar Kotagede mulai berdatangan dan menetap dan mereka menjual kayu bakar, mendirikan warung nasi, dan minuman.
Nah, Pasar Legi Kotagede sudah beberapa kali mengalami pemugaran, namun tidak mengalami perubahan letak.