Lansia Asal Brebes Tinggal di Rumah Tak Layak , Dicoret dari Daftar PKH

Sabtu 20-01-2024,08:00 WIB
Reporter : Eko Fidiyanto
Editor : M. Fatkhurohman

BREBES, DISWAYJOGJA – Seorang nenek lansia, Desti, berusaia 81 tahun tinggal di rumah tidak layak huni (RTLH). Ironisnya, warga miskin yang tinggal di Dusun Pangebonan RT 03/RW 06, Desa Bandungsari, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes tak dapat bantuan dari Porgam Keluarga Harapan (PKH).

Yang lebih menyedihkan, selama belasan tahun, Desti harus berjuang sendirian merawat anak bungsunya, Karto, 43, yang mengalami gangguan jiwa (ODGJ) hingga lumpuh di Kabupaten Brebes. 

Kondisi bagian belakang rumah yang sudah dihuni puluhan itu ambruk akibat diguyur hujan, pada Rabu (17/1/2024). Karto pun sementara diungsikan ke kandang sapi milik warga sekitar.

BACA JUGA:Nenek Kawiyah Asal Brebes Dievakuasi ke Panti Jompo, Kini Lebih Sehat dan Bugar

Akibat rumahnya ambruk, anak bungsu dari empat bersaudara ini sudah beberapa hari tinggal di kandang sapi yang berada di belakang rumahnya. Sementara nenek Desti diungsikan ke rumah tetangga. Warga setempat pun bergotong-royong membantu mendirikan ulang rumah Desti yang ambruk itu.

Diketahui, Dusun Pangebonan, Desa Bandungsari merupakan daerah terpencil wilayah pegunungan Lio di Kabupaten Brebes bagian selatan. Lokasinya berjarak sekitar 60 kilometer dari pusat Kota Brebes.

Untuk menuju rumah Desti harus melewati jalan setapak menanjak dan menaiki puluhan anak tagga di daerah perbkita. Akses kendaraan menuju rumahnya sangat sempit dan terjal.

Sementara itu, Karto mengalami lumpuh sejak 2008 usai dirinya mengalami depresi berat dan sering mengamuk. Istrinya yang tak tahan dengan kondisi suaminya akhirnya memutuskan untuk bercerai.

Sejak saat itu, di usianya yang ke 28 tahun, gangguan mental yang dialami makin berat. Karto sering kali merenung dan makan tidur di kamarnya hingga terjadi gangguan pada fisiknya.

BACA JUGA:Miris, Nenek Berusia 85 Tahun Hidup Sebatang Kara di Rumah Reyot

Lambat laun, akhirnya Karto mengalami lumpuh. Gangguan jiwanya masih diderita hingga kini. Kini Karto sudah 15 tahun mengalami gangguan jiwa dan lumpuh. Karto pun sering mengamuk.

”Kasihan lihat anak saya yang satu ini. Kondisinya seperti ini, kadang sedih,” kata Nenek Desti terbata-bata, Jumat (19/1).

Kerabat Karto, Wastri menceritakan, Karto sebelumnya bekerja merantau di Jakarta. Tak lama pulang merantau, Karto sering marah-marah karena permasalahannya. Gangguan mentalnya makin parah hingga mengalami depresi berat.

”Dulu orangnya sehat, malah pintar mengaji. Tapi sekitar tahun 2008 dia mulai mengalami gangguan jiwa hingga sering mengamuk. Sebelum lumpuh juga sering mengamuk,” kata Wastri.


MENENGOK - Nenek Desti menengok anaknya, Karto yang mengalami gangguan jiwa dan tinggal di kandang sapi. -EKO FIDIYANTO/ RADAR BREBES -

Wastri menyebutkan, Karto memiliki satu anak yang kini berusia 17 tahun dan baru lulus SMA. Anak perempuannya yang kini tinggal bersama ibunya, seringkali menengok sang ayah. ”Anaknya sering nengok ke sini. Anaknya sekarang sudah kerja,” ungkap Wastri.

Untuk makan sehari-hari, nenek Desti sering mengantarkan makanan untuk anak bungsunya yang tinggal di kandang sapi. Kadang, para tetangga juga memberinya makan. ”Kalau buang air ya di tempat itu juga. Nanti yang membersihkan ibunya,” tandas Wastri.

Kepala Dusun Pangebonan, Desa Bandungsari Angsorul mengatakan, Karto sudah beberapa kali menjalani pengobatan tapi kondisinya tetap tak berubah. Petugas kesehatan dari puskesmas setempat juga sering memeriksa kondisi dan memberi obat untuk Karto.

”Kondisinya tidak berubah. Jadi kami berharap Karto bisa dibantu pemerintah untuk dibawa berobat ke rumah sakit,” katanya.

Angsorul menuturkan, Nenek Desti sempat menerima bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Langsung Tunai dari Dana Desa. Namun untuk bantuan PKH, sudah beberapa tahun dicoret dari daftar penerima.

BACA JUGA:Jumlah ODGJ di Brebes Capai 3.399 Pasien, 48 Masih Terpasung

”Sekarang sama sekali tidak ada bantuan. Tapi tahun ini kami usulkan untuk terima BLT dari Dana Desa. Kalau rumah yang sekarang sedang dibangun dari gotong royong warga dan untuk materialnya hutang di toko. Nanti setelah bantuan rehab rumah dari Dana Desa cair nanti untuk bayar hutang material,” tegasnya. 

Angsorul menjelaskan, Karto waktu 2014 masih ada KTP lama, tapi waktu akan rekam KTP elektrik tidak bisa karena kondisinya. Akhirnya sampai saat ini Karto tidak punya KTP, tapi memiliki Kartu BPJS.

”Karena tidak ada KTP elektrik tidak dapat bantuan. Baiknya memang dirawat di rumah sakit. Biar tidak merepotkan orangtuanya. Ya diobati, semoga bisa sembuh seperti biasa lagi,” tutur Angrosul.

Lebih lanjut, tokoh masyarakat Kecamatan Banjarharjo, Warsudi mengaku prihatin dengan kondisi keluarga Nenek Desti. Ia meminta pemerintah daerah segera bertindak, karena kondisi keluarga tersebut sangat memprihatinkan.

”Karena kondisi anaknya harus segera diobati, maka Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan segera turun ke sini untuk kemudian membawanya ke rumah sakit,” harapnya. (*) 

Kategori :