TEGAL, DISWAYJOGJA - Belum lama ini, dunia memperingati hari Aids. Tak terkecuali Indonesia. Khususnya Kota Tegal. Namun, seiring peringatan dan harapan agar pengidap Aids berkurang, saat ini justru banyak ditemukan praktik pelacuran yang berada di tengah perkampungan.
BACA JUGA:6 Merk TV Terbaik 2023 dan Terlaris di Indonesia, Siapa Saja Merknya? Ini Dia! Dinas Kesehatan bersama organisasi profesi kesehatan se- Kota Tegal telah mengadakan peringatan Hari/AIDS Sedunia. Dalam kesempatan itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Tegal dr Said Baraba mengatakan, berdasarkan data dari Kemenkes RI terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia pada 2023. BACA JUGA:6 Rekomendasi Mesin Cuci Low Watt 1 Tabung Terbaik, Baju Bersih Listrik Aman, Yuk Cek Apa Saja Mereknya! Penyumbang terbesar yakni dari golongan ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 35 persen. Faktornya bisa dari IRT-nya sendiri atau dari pasangannya. ”Sementara secara provinsi, Jawa Tengah menempati posisi terbanyak pengidap AIDS pada 2022, hingga 1.484 kasus,” katanya. Said menilai, penderita HIV/AIDS semakin meningkat. Sebagian besar yang terkena adalah usia produktif. BACA JUGA:Cek Harga dan Promo Menariknya, Tecno Phantom V Flip 5G Resmi di Rilis Berbeda dikatakan Plt Kepala Dinkes Kota Tegal dr Sri Retno Hendrawati. Dia menyebut, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan bersama akan epidemi HIV/AIDS yang dapat mengancam kesehatan dan kehidupan generasi penerus bangsa. BACA JUGA:Resmi Dirilis, Harga Murah dan Terjangkau Advan Sketsa 3 cuma Rp 1.999.000 Saja! ”Termasuk bertujuan untuk mengikat komitmen dan memantau implementasi program HIV/AIDS. Jadi kami memastikan implementasi dari semangat saling filling the gap sebagai nilai perjuangan dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Tegal,” harapnya. BACA JUGA:Simak Tips Mudah Cairkan Saldo Limit Shopee Paylater ke Berbagai Dompet Digital: OVO, DANA dan juga GOPAY Sementara itu, dari data Dinkes Kota Tegal, dari tahun ke tahun angka HIV/Aids terus meningkat. Pada 2021 misalnya. Kasusnya mencapai 58 kasus. Kemudian pada 2022 mencapai 127 kasus. Nah pada 2023, tepatnya Januari – Juni mencapai 65 kasus. Menurut dia, temuan kasus ini tidak membedakan wilayah. Semua yang ditemukan dicatat dan dilaporkan serta dapat diobati dengan gratis tanpa memilah wilayah. BACA JUGA:Mau Pakai Paylater? Pertimbangkan 4 Hal Penting Ini Sebelum Menyesal Petugas Penjangkau Komunitas WPS, Nisi Nuraini mengaku kesulitan saat komunikasi dengan wanita penjaja seks (WPS), lelaki suka lelaki (LSL) yang kini banyak memanfaatkan aplikasi Michat atau aplikasi hijau. Sebab, keberadaan mereka yang selalu berpindah-pindah. Baik di rumah kos maupun di perkampungan. Selain itu, identitas mereka juga tertutup. ”Padahal mestinya, mereka (WPS/LSL) merupakan salah satu kelompok yang rentan tertular HIV/AIDS. Namun mereka selalu kucing- kucingan,” bebernya. BACA JUGA:Yuk Intip HP Android yang Akan Rilis di Tahun 2024, Ada Banyak Fitur Canggih Loh! Nisi menyebut, populasi kunci yang jadi target yakni wanita penjaja seks (WPS), lelaki suka lelaki (LSL), waria, pengguna narkoba suntik (penasun), ibu hamil pasien TB, serta warga binaan pemasyarakatan (WBP), serta orang dengan yang pasangannya positif HIV. Terpisah, salah satu pemerhati HIV/ Aids, Wibowo menyebut, peran pemerintah dalam upaya penanggulangan penyakit berbahaya itu dinilai tanggung. ”Contoh, banyak rumah kos abu-abu yang berada di tengah-tengah masyarakat. Tidak disadari kos itu dijadikan sebagai transaksi bagi WPS termasuk LSL,” jelasnya. Bowo menyebut, lokasi atau praktik yang berada di rumah kos maupun kostel hingga hotel ini harus disterilkan. Sebab, pengawasan terhadap para pelakunya tidak terbuka.BACA JUGA:Jangan Ceroboh, Ini Penyebab Pengajuan KUR BRI Tidak Ada Kabar
”Maaf berbeda dengan misalnya tempat karaoke ataupun Spa, yang bisa dengan mudah didatangi dan dilakukan pemeriksaan cek HIV/ Aids. Identitas mereka juga bisa dengan mudah kita dapat tanpa harus meminta ke masing-masing pelaku,” ungkapnya. Jadi, lanjut dia, yang terjadi saat ini adalah praktik WPS ataupun LSL justru marak di perkampungan. Karena itu, peran pemerintah maupun aparat kepolisian hingga tokoh masyarakat sekitar perlu bersama-sama melakukan gerakan yang kongkret.”Bukan hanya sekadar menerima aduan adanya orang sakit dan terdeteksi virus HIV/ Aids. Namun justru langkah deteksi dini yang perlu dilakukan,” ungkapnya. (*)