5 Tradisi Adat Istiadat yang Unik dan Menarik di Tegal

Jumat 21-07-2023,16:38 WIB
Reporter : Reza Maulana Basar
Editor : Reza Maulana Basar

DISWAY JOGJA – Tradisi adalah serangkaian kebiasaan, praktik, atau ritual yang diwariskan dari generasi ke generasi dan diikuti oleh kelompok masyarakat tertentu. Tradisi bisa mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti agama, budaya, perayaan, serta cara berpakaian dan berinteraksi dalam masyarakat.

Berbicara mengenai tradisi ada sebuah kota/kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki tradisi unik, siapakah itu? Iya betul sekali, itu adalah Tegal. Kota tersebut memiliki adat istiadat budaya yang unik dan menarik untuk kita lestarikan dan kita jaga bersama.

 

Berikut 5 tradisi adat istidat yang unik dan menarik di Tegal

 

1. Tradisi Moci

Moci merupakan salah satu tradisi di Tegal yang masih dilestarikan hingga saat ini. Jika mengunjungi Kota Tegal rasanya tidak akan pernah lengkap bila belum menikmati teh poci. Tradisi menikmati teh poci ini bahkan sudah ada sejak zaman penjajahan.

Masyarakat biasanya akan menikmati seduhan teh poci saat pagi dan sore hari sembari ditemani camilan ringan sehingga waktu istirahat akan lebih terasa menenangkan. Masyarakat juga biasanya menggunakan gula batu sebagai pemanis tambahan.

Poci merupakan wadah yang terbuat dari tanah liat dan biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai tempat menyeduh teh. Untuk menjadikan cita rasa pocinya tidak hilang dan menguar begitu saja, biasanya masyarakat akan menutup ujung poci menggunakan bungkus teh.

Teh yang dipilih pun merupakan teh asli Kota Tegal yakni berupa daun teh kering dan beraroma melati. Tradisi ini bukan hanya dinikmati di waktu pagi atau sore hari, tetapi juga dilakukan saat ada hajatan. Masyarakat juga melakukan Tradisi Moci ketika sedang berkumpul dalam acara tertentu.

 

2. Tradisi Prebegan

Tradisi Prepegan menjadi bagian dari warisan adat istiadat Tegal yang masih terjaga kelestariannya sampai sekarang. Warga Kota Tegal akan melakukan tradisi tersebut untuk menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri. Sehari sebelum lebaran biasanya masyarakat akan beramai-ramai ke pasar dengan berjalan kaki guna berbelanja beragam keperluan untuk menjamu para tamu.

Ketika Prepegan tentu saja pasar akan menjadi sangat ramai dan cukup sempit. Tetapi masyarakat tetap bersedia berdesak-desakan untuk membeli berbagai kebutuhannya. Sedangkan pada saat hari raya, masyarakat di Kota Tegal akan melakukan Nyadran yang merupakan kegiatan untuk mengunjungi rumah sanak saudara yang jauh.

Nyadran dilakukan dengan membawa sirup ataupun kue sebagai bingkisan untuk saudara yang lebih tua. Masyarakat pun akan membuat opor ayam serta kupat sayur untuk sarapan bersama keluarganya.

 

3. Tradisi Mutih

Biasanya calon pengantin wanita di Kota Tegal akan melaksanakan tradisi Mutih sebelum pernikahannya. Calon pengantin wanita juga tidak diperbolehkan makan menggunakan lauk yang enak dan hanya diizinkan untuk mengonsumsi nasi putih ataupun tahu putih yang tidak dimasak atau digoreng terlebih dahulu.

Ketika tradisi mutih dilakukan oleh calon pengantin wanita, maka kedua calon pengantin tidak boleh bertemu. Akan tetapi mereka masih diperbolehkan untuk berkomunikasi melalui ponsel dan akan kembali dipertemukan setelah ijab qobul dilaksanakan.

Hal tersebut bertujuan agar calon pengantin wanita bisa terlihat lebih cantik setelah dirias. Dengan begitulah pengantin pria pasti akan terpesona setelah melihat pasangannya.

 

4. Tradisi Unggah-Unggahan

Masyarakat di Pantura Tegal- Brebes memiliki tradisi tersendiri dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Namanya adalah tradisi unggah-unggahan. Tradisi itu masih menjadi bagian dalam pelaksanaan tradisi ruwahan.

Pelaksanaan tradisi unggah-unggahan dimulai pada malam nisfu Syaban, hingga H-1 Ramadhan. Masyarakat akan membagikan makanan beserta lauk-pauk kepada tetangga. Sejarawan Pantura, Wijanarto menjelaskan, unggah-unggahan adalah tradisi yang dilakukan dengan cara berbagi kesalehan dengan tetangga.

Masyarakat melakukannya dengan membuat makanan kemudian dibagikan. Tradisi tersebut hingga saat ini masih terawat dan dilakukan di wilayah Tegal- Brebes."Ini dilakukan saat ruwah atau Syaban.

 

5. Tradisi Mudun Lemah

Dari dahulu sampai sekarang Tradisi Mudun Lemah masih tetap dilaksanakan. Tradisi seperti ini biasanya dilakukan ketika bayi sudah mencapai usia satu tahun. Pada saat itulah ibu dari anak tersebut membuat bubur candil dan bubur sumsum yang kemudian dibagikan kepada warga sekitar.

Ibu dari bayi juga akan menyiapkan keperluan lainnya seperti kaca, emas, buku, pulpen, dan padi yang kemudian diletakkan di piring bersamaan dengan nasi kuning. Sebelum bubur dibagikan, akan terdapat serangkaian acara. Nantinya bayi akan lebih dulu dipangku oleh anggota keluarganya kecuali sang ibu dan ayah kandungnya.

Kemudian bayi akan dimasukkan dalam kurungan ayam. Setelah itu nenek dari bayi akan memutari kurungan sembari membawa ceplik dan membaca doa-doa. Acara dilanjutkan dengan membuka kurungan dan bayi dipersilakan mengambil barang-barang yang sebelumnya telah disiapkan oleh ibunya.

Semua yang terdapat pada piring tersebut mempunyai makna yang baik, misalnya jika bayi mengambil pulpen dan buku, itu maknanya si bayi kelak akan menjadi orang yang giat belajar dan membaca. Setelah bayi mengambil barang, barulah bubur akan dibagikan.

Acara pun ditutup dengan menyebarkan uang logam. Tradisi ini dilaksanakan dengan tujuan agar bayi tersebut bisa tumbuh dengan baik dan segera berjalan dan cepat lari.

 

 Itulah adat istiadat Tegal dan beberapa tradisi uniknya yang masih dilestarikan hingga sekarang.

Dalam setiap tradisi tentunya mempunyai pemaknaan yang berbeda-beda dan telah dipercaya oleh masyarakat sampai saat ini.

Kategori :