28 Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatra Dibebaskan SPP, UMY Kritik Pengelolaan SDA
Rektor UMY, Achmad Nurmandi (kanan), membebaskan biaya SPP bagi 28 mahasiswa terdampak bencana banjir dan longsor di Sumatra, langkah ini sebagai bentuk kepedulian kampus, sekaligus mengkritik kesalahan pengelolaan sumber daya alam.--Foto: Anam AK/diswayjogja.id
BANTUL, diswayjogja.id - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membebaskan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) bagi 28 mahasiswa yang terdampak bencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah Sumatra.
Kebijakan tersebut merupakan bentuk kepedulian kampus terhadap mahasiswa yang berasal dari daerah terdampak bencana alam.
Rektor UMY, Achmad Nurmandi, mengatakan pembebasan SPP diberikan kepada mahasiswa yang berasal dari wilayah Aceh Tamiang, Kabupaten Agam, dan Tapanuli Selatan. Pendataan mahasiswa terdampak dilakukan melalui jejaring Muhammadiyah di daerah.
“Melalui jejaring Muhammadiyah di tiga provinsi terdampak bencana, kami sudah mendata mahasiswa yang akan diberikan beasiswa dan dibebaskan SPP-nya. Total ada 28 mahasiswa dari wilayah terdampak,” ujar Nurmandi di Gedung AR. Fachrudin A, Kampus Terpadu UMY, Jumat (19/12/2025).
BACA JUGA : Respon Banjir Aceh, UMY Rescue 2025 Fokus Layanan Kesehatan dan Trauma Healing
BACA JUGA : Lazismu UMY Galang Donasi Rp100 Juta untuk Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Siapkan Family Kit dan School
Dia menjelaskan, jumlah mahasiswa UMY yang berasal dari wilayah tersebut memang tidak terlalu banyak. Namun, secara taktis kebijakan pembebasan biaya pendidikan telah langsung dilaksanakan sebagai bentuk respons cepat kampus terhadap kondisi darurat yang dialami mahasiswa.
Di luar bantuan konkret tersebut, Achmad Nurmandi menegaskan bencana alam yang terjadi tidak bisa dilepaskan dari faktor kebijakan manusia, khususnya dalam pengelolaan sumber daya alam.
Menurutnya, dalam satu hingga dua dekade terakhir, terjadi berbagai kesalahan dalam tata kelola sumber daya alam di daerah-daerah kaya sumber daya.
“Tiga provinsi ini memiliki sumber daya alam yang luar biasa, baik hutan maupun tambang. Tetapi bencana ini menjadi refleksi bahwa ada kesalahan serius dalam pengelolaan sumber daya alam,” tegasnya.
BACA JUGA : Pemda DIY Jamin Keberlanjutan Studi 1.700 Mahasiswa Terdampak Bencana di Sumatra
BACA JUGA : Solidaritas Jogja, 25 Koli Bantuan Dikirim untuk Warga Terdampak Bencana di Sumatra
Nurmandi mengutip pandangan peraih Nobel Ekonomi, Daron Acemoglu dan James Robinson, tentang konsep resource curse atau kutukan sumber daya alam. Dalam konsep tersebut, kekayaan sumber daya alam justru dapat membawa dampak negatif jika tidak dikelola dengan tata kelola yang baik.
“Sumber daya alam bukan membawa berkah, tapi justru bisa menjadi kutukan. Sejumlah penelitian juga menunjukkan indeks kutukan sumber daya alam di tiga provinsi ini tergolong tinggi dibandingkan daerah lain,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: