Bencana Sumatra Skala Besar, Dwikorita Sebut Kapasitas Penanganan Belum Seimbang

Bencana Sumatra Skala Besar, Dwikorita Sebut Kapasitas Penanganan Belum Seimbang

Analisis mantan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di UGM, Kamis (4/12/2025), ungkap penyebab banjir bandang Sumatra dipicu faktor nonalam seperti pembukaan lahan. Pemetaan ulang, mitigasi cuaca, dan pemulihan lingkungan dinilai mendesak.--Foto: Anam AK/diswayjogja.id

SLEMAN, diswayjogja.id - Pakar kebencanaan sekaligus Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dwikorita Karnawati, menilai penanganan bencana di Sumatra saat ini menghadapi kesenjangan serius antara skala dan kompleksitas bencana dengan kapasitas sistem penanggulangan bencana yang diterapkan.

Menurut Dwikorita, bencana yang melanda Sumatra merupakan peristiwa luar biasa yang tidak bisa dipandang sebagai kejadian tunggal. Bencana tersebut muncul akibat interaksi berbagai faktor yang kompleks, mulai dari kondisi geologi yang aktif dan dinamis, dampak perubahan iklim global, hingga tingkat kerusakan lingkungan yang signifikan.

Secara geologis, wilayah Sumatra dicirikan oleh pegunungan tinggi yang curam dan rapuh yang berbatasan langsung dengan dataran rendah berupa kipas aluvial yang terbuka luas. Kondisi ini membentuk bentang alam dengan tingkat kerentanan tinggi sekaligus medan yang sulit dijangkau, sehingga menyulitkan upaya penanganan darurat di lapangan.

Interaksi antara kerentanan geologi tersebut dengan anomali cuaca akibat perubahan iklim, yang diperparah oleh kerusakan lingkungan, memicu terjadinya multi-bencana geo-hidrometeorologi secara beruntun. Rangkaian bencana ini umumnya diawali longsor dan erosi, kemudian berkembang menjadi banjir bandang dan banjir dengan skala besar.

BACA JUGA : Menelisik Penyebab dan Dampak Banjir Bandang Sumatra, Dwikorita Sebut Faktor Nonalam Perparah Bencana

BACA JUGA : Pakar UGM Ingatkan Huntap Sumatra Harus Cegah Bencana Berulang

“Dampaknya sangat luas, melintasi tiga provinsi dan puluhan Daerah Aliran Sungai (DAS), dengan korban jiwa mencapai ribuan orang, serta ratusan infrastruktur dan ribuan rumah rusak atau hilang,” ujar Dwikorita dalam keterangan tertulis, Senin (22/12/2025).

Ia mengapresiasi upaya Pemerintah Pusat dan Daerah, TNI, Polri, relawan, serta berbagai pihak yang telah bekerja keras menangani bencana di lapangan. Namun demikian, Dwikorita menilai penanganan terhadap multi-bencana yang luar biasa, kompleks, dan dinamis ini masih perlu ditingkatkan secara signifikan dengan pendekatan yang juga luar biasa, tidak hanya mengandalkan mekanisme penanggulangan bencana yang selama ini rutin diterapkan untuk bencana tunggal.

Menurutnya, kondisi ini mencerminkan ketidakseimbangan antara magnitude bencana yang berskala besar, luas, kompleks, dan berulang, dengan kapasitas serta mekanisme penanganan yang masih bersifat konvensional.

“Penguatan kapasitas penanganan bencana perlu dilakukan dengan menambah armada di lapangan secara masif, memperkuat dukungan teknologi yang lebih andal, serta didukung sumber daya manusia yang mumpuni dan tangguh,” katanya.

BACA JUGA : Kerusakan Ekosistem Hulu DAS Perparah Banjir Bandang Sumatra, Ini Penjelasan Pakar UGM

BACA JUGA : UGM Kirim Tim Kesehatan dan Psikologi ke Sumatra, Siapkan Skema Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak

Dwikorita menekankan perlunya langkah cepat, tepat, taktis, dan berskala luar biasa untuk menutup kesenjangan tersebut. Kapasitas penanggulangan bencana, terutama pada tahap tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi, harus ditingkatkan beberapa kali lipat dibandingkan kapasitas yang selama ini diterapkan.

Ia juga mendorong penerapan strategi Build Back Better dan berkelanjutan dengan target mewujudkan zero victims serta zero loss and damage, melalui pembangunan peradaban baru yang menjamin keselamatan kehidupan, penghidupan, dan lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: