Gaji Hanya Amanah, Lelah Jadi Ibadah. Kisah Sunyi Marbot Bantul yang Kini Dilindungi Negara
Wargono, marbot Masjid Kembang Ar-rifa'i menerima penyerahan simbolis kartu BPJS Ketenagakerjaan dalam acara sosialisasi dan peluncuran program perlindungan marbot di Pendopo Parasamya Bantul, Senin (17/11/2025).--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
BANTUL, diswayjogja.id - Di bawah gemerlap lampu pendopo Parasamya, ratusan marbot dari berbagai masjid di Bantul duduk rapat mengikuti jalannya acara.
Di antara mereka, duduk seorang pria berjaket lusuh dan peci hitam sederhana, Wargono.
Tangannya tampak kapalan, bukti pekerjaan yang lebih banyak dilakukan diam-diam, jauh dari panggung penghargaan.
Senin (17/11/2025) siang itu menjadi hari tak biasa baginya.
Ia hadir dalam sosialisasi menara masjid sekaligus peluncuran program perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan untuk 1.000 marbot.
Untuk pertama kalinya, pekerjaannya yang selama ini hampir tak terlihat tersentuh perlindungan negara.
BACA JUGA : Masjid Nurul Amin dan Merti Dusun: Simbol Gotong Royong, Moral dan Pelestarian Budaya di Bantul
BACA JUGA : Safari Jumat di Tempel, Wabup Sleman Ajak Warga Jaga Keamanan, Bijak Bermedsos, dan Makmurkan Masjid
Usai menerima secara simbolis bantuan BPJS Ketenagakerjaan, ia bercerita pelan tapi mantap.
Ia sudah dua tahun menjadi marbot di Masjid Kembang Ar-rifa'i, menggantikan marbot sebelumnya.
“Dulu ada marbot lama, lalu berganti. Sekarang saya yang menggantikan, sudah sekitar dua tahun,” katanya sambil tersenyum kecil.
Pekerjaan marbot jarang terdengar. Tidak ada target kerja bulanan atau durasi 8 jam seperti pegawai kantor.
Jam kerjanya fleksibel, namun justru tanpa batas. Semua dimulai dan berakhir dengan satu hal, kebersihan dan kenyamanan jamaah.
Baginya, tugas paling berat bukan menyapu halaman atau menata sandal, melainkan memastikan fasilitas masjid khususnya kamar mandi selalu bersih.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: