DP3 Sleman Terus Berupaya Tingkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petani, Tingkatkan Kualitas Produksi Padi

DP3 Sleman Terus Berupaya Tingkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petani, Tingkatkan Kualitas Produksi Padi

DP3 Sleman dorong peningkatan keterampilan petani agar kualitas dan kuantitas produksinya lebih tinggi-jogja.suara.com-

JOGJA, diswayjogja.id - Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta terus berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan budi daya padi kepada petani di wilayah itu agar kualitas dan kuantitas produksinya lebih tinggi.

“Karena kualitas produk padi ini juga akan menjadi acuan dalam penentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) oleh Bulog, kualitas padi ini dilihat dari tingkat kadar air dan kadar hampa kemudian ditentukan HPPnya,” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono di Sleman, Sabtu.

Menurut dia, dari hasil uji kualitas padi yang diselenggarakan Perum Bulog Kanwil Yogyakarta di Sleman pada Jumat (24/1) diperoleh data bahwa untuk sampel 1 padi memiliki kadar air 16,5 persen.

Kadar hampa 12,23 persen dengan HPP Rp6.075, sampel 2 kadar air 27,4 persen, kadar hampa 4,3 persen dengan HPP Rp6.200 dan sampel 3 kadar air 31,2 persen, kadar hampa 7,9 persen dengan HPP Rp6.200.

BACA JUGA : Solusi Cuaca Tak Menentu, Petani di Bangunkerto Sleman Diberi Pelatihan Sistem Irigasi Tetes

BACA JUGA : Sharp Hydro Heroes Sukses Ciptakan Petani Muda Berkelanjutan

“Dengan hasil uji tersebut diharapkan agar Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) selain mengumpulkan data juga terus menerus mengupayakan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan budidaya padi para petani agar kuantitas dan kualitas produksinya lebih tinggi,” katanya.

Ia mengatakan, saat musim hujan, intensitas cahaya matahari lebih sedikit, sedangkan berdasarkan penelitian, jumlah gabah isi juga ditentukan oleh teknik budidaya pada fase vegetatif dan kondisi cuaca.

“Terutama intensitas cahaya matahari 30 hingga 45 hari sebelum panen,” katanya.

Suparmono mengatakan, untuk meningkatkan keuntungan petani dengan menurunkan tingkat kehilangan hasil sampai di bawah dua persen, petani dapat memanfaatkan alat mesin pertanian seperti “power thresher” atau “combine harvester”.

BACA JUGA : Petani Sleman Berupaya Lawan Hama Tikus, Gropyokan Massal Hingga Fumigasi

BACA JUGA : Punya Manfaat untuk Penderita Diabetes, Pemkot Jogja Kenalkan Bibit Jagung Pulut ke Petani

“Jika gabah hasil panen dari sawah memiliki presentase butir hampa, kotoran dan butir rusak yang cukup besar, maka petani perlu melakukan proses pembersihan gabah sebelum jual ke Bulog atau sebelum proses penggilingan untuk meningkatkan mutu beras yang dihasilkan,” katanya.

Ia mengatakan, penerapan prinsip-prinsip “Good Handling Practices” (GHP) dapat menghasilkan mutu gabah yang tinggi melalui penerapan teknologi, sistem dan cara panen yang tepat, penggunaan mesin perontok, teknologi pengeringan (sinar matahari dan alat pengering).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jogja.suara.com