Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2024 Resmi Berakhir, Ini Dia Daftar Pemenangnya

Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2024 Resmi Berakhir, Ini Dia Daftar Pemenangnya

Gelaran JAFF 2024 di Yogyakarta resmi ditutup-Foto by Suara.com-

“Ke depannya, kami ingin terus mempertahankan semangat keberagaman dengan kembali berinovasi untuk menghadirkan bentuk-bentuk yang baru dan semakin kreatif lagi,” tutur Direktur Eksekutif JAFF, Ajish Dibyo.

Daftar Pemenang JAFF 2024

Berikut ini daftar lengkap peraih award di JAFF 2024.

BACA JUGA : Dies Natalis ke-69 Sanata Dharma, Konser Kolaborasi PSM Cantus Firmus dan Yogyakarta Royal Orchestra

BACA JUGA : Rencana Kenaikan Upah Minimum 6,5 Persen di Jogja Tuai Pro Kontra dari Pakar UGM dan Koordinator MPBI DIY

  • Golden Hanoman: Happyend (Neo Sora, 2024, Jepang)
  • Silver Hanoman:Viet and Nam (Truong Minh Quý, 2024, Vietnam)
  • NETPAC Award: MA - Cry of Silence (The Maw Naing, 2024, Myanmar)
  • JAFF-Indonesian Screen Awards 2024
  • Best Film: Yohanna (Razka Robby Ertanto, 2024, Indonesia)
  • Best Directing: Razka Robby Ertanto (Yohanna)
  • Best Storytelling: Razka Robby Ertanto (Yohanna)
  • Best Performance: Laura Basuki, Kirana Putri Grasela, Iqua Tahlequa (Yohanna)
  • Best Cinematography: Odyssey Flores (Yohanna)
  • Best Editing: Akhmad Fesdi Anggoro (Perempuan Pembawa Sial)
  • Geber Award: MA - Cry of Silence (The Maw Naing)
  • Blencong Award: When the Wind Rises (Hung Chen. 2024, Taiwan)
  • Jury Special Mention: Anita, Lost in the News (Behzad Nalbandi, 2023, Iran)
  • JAFF Students Award: When the Wind Rises (Hung Chen. 2024, Taiwan)

1 Kakak 7 Ponakan jadi Penutup yang Manis

JAFF 2024 ditutup dengan penayangan perdana film 1 Kakak 7 Ponakan (1K7P) yang disutradarai oleh Yandy Laurens. 

Film drama keluarga ini rencananya akan tayang secara nasional pada 23 Januari 2025 mendatang.

Film ini merupakan adaptasi sinetron berjudul sama karya almarhum Arswendo Atmowiloto yang tayang pada tahun 90-an.

Yandy Laurens sangat mengapresiasi mendiang Arswendo yang terpikir untuk menggarap tema sandwich generation di tahun 90-an. 

BACA JUGA : Anggaran Makan Bergizi Gratis 10 Ribu, Ini Respon dari Ahli Gizi Universitas Gadjah Mada

BACA JUGA : Rute Perjalanan Lengkap Trans Jogja Arah Malioboro dan Prambanan, Cek Disini

Menurutnya, setelah 20 tahun berlalu, tema ini tetap relevan, bahkan masalahnya semakin banyak.

"Mas Wendo (Arswendo) mewariskan kepada kita selain cerita, juga perenungan tentang peristiwa-peristiwa itu, bagaimana sebaiknya hubungan tetap berlangsung. Kami beruntung boleh menceritakannya kembali dalam bentuk film," kata dia jelang penayangan perdana di Studio 1 Empire XXI Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jogja.idntimes.com