23 Karya Kolaborasi Seni Sains Teknologi Bertajuk Under The Same Sun Dipamerkan di Galeri Nusantara

23 Karya Kolaborasi Seni Sains Teknologi Bertajuk Under The Same Sun Dipamerkan di Galeri Nusantara

Karya kolaborasi seni sains teknologi bertajuk Under The Same Sun di Galeri Nusantara-jogjapolitan.harianjogja.com-

BACA JUGA : Dinsos Bantul Ajukan Anggaran Rp22 Miliar di APBD 2025 Untuk Penanganan Orang Terlantar, ODGJ dan Disabilitas

Salah satunya yakni instalasi kayu yang dilengkapi dengan sensor, sehingga ketika pengunjung mendekati dengan jarak sekitar satu meter, maka itu akan langsung berputar seperti halnya mesin pabrik dan menimbulkan suara gesekan antar kayu.

Paul juga berusaha menyuguhkan teknologi nenek moyangnya yakni dalam membuat mesin manual penumbuk padi namun bukan dengan besi, melainkan dengan menggunakan kayu.

Karya kreatif satu ini dipajang di sebuah ruang outdoor. Instalasi ini berupa media penggerak yang menyerupai kemudi kapal yang ketika diputar mampu mengangkat kayu dengan berat puluhan kilogram dan menghentak ke bawah menimbulkan suara.

“Zaman dahulu cara seperti ini digunakan untuk menumbuk padi, dengan memanfaatkan aliran air, kemudian ini [kemudi] berputar mengikuti arus air, kemudian kayu terangkat ke atas ke bawah secara terus menerus,” katanya.

Selain Paul, sebuah robot AVG untuk keperluan industri juga ditampilkan merupakan karya UNU Jogja berkolaborasi dengan Stechoq.

Robot ini mampu mengantarkan barang dari satu titik ke titik lain yang digerakkan oleh sensor magnet sebagai jalur utama. Robot ini juga sangat cocok untuk digunakan keperluan industri.

BACA JUGA : KPU Gunungkidul Memprediksi Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pilkada 2024 Capai 80 Persen

BACA JUGA : Sebanyak 8.712 Anak di Bantul Belum Mempunyai KIA, Begini Penyebabnya

Kurator Pameran Under the Same Sun Ignatia Nilu menilai pameran kolaborasi seni sains dan teknologi ini mampu menghasilkan karya yang lebih berkembang.

Di sisi lain berpotensi menjadi kolaborasi lintas sektor dari pemangku kepentingan hingga inovator. Oleh karena itu, pameran tersebut mendukung pengembangan gagasan dan karya yang tidak hanya berdampak pada dunia akademik, tetapi juga berdampak industri dan masyarakat luas.

“Terlepas dari kekhawatiran akan distopia teknologi, pameran ini menawarkan pandangan optimis tentang bagaimana manusia dapat hidup harmonis dengan alam, di bawah langit dan matahari yang sama, bahkan di era pasca-internet dan revolusi automasi. Pameran ini bukan hanya soal eksplorasi artistik atau ilmiah saja, tetapi juga terkait dengan masa depan manusia, alam dan teknologi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harianjogja.com