Dari Bermain Bersama Hingga Bentuk Komunitas, Begini Solidaritas Para Penggebuk Drum di Jogja

Dari Bermain Bersama Hingga Bentuk Komunitas, Begini Solidaritas Para Penggebuk Drum di Jogja

Dari hanya bermain bersama, kini para drummer di Jogja kemudian membentuk komunitas-jogjapolitan.harianjogja.com-

Dari awalnya yang sebagai ruang berbagi ilmu dan pengalaman, kini kegiatan komunitas semakin berkembang.

Sekarang ini dan ke depannya, DGYK ingin memperbanyak dokumentasi dan pengarsipan. Hal ini menjadi penting, mengingat perjalanan suatu musik atau pelakunya bisa menjadi aset yang berharga.

Upaya dokumentasi dan pengarsipan termasuk pada semua pemain drum, khususnya yang ada di Kota Jogja. Akan lebih dicari saat data sudah rapi yang pada akhirnya nanti bisa menjadi bahan belajar dan merefleksasi.

“Memang lebih pencatatan, dan membagikan hal-hal selain teknis karena banyak di luar teknis perlu dipelajari juga,” kata Dedhy.

Dari Album ke Album

Komunitas Drummer Guyub Yogyakarta (DGYK) telah mengeluarkan beberapa album musik. Karya dengan kolaborasi ini bertajuk Drum Speak. “Drum Speak satu hingga tiga jadi semua. Bentuknya instrumental,” Dedhy.

Drum Speak total perkusi. Secara filosofis, album pertama tersebut berbicara tentang DIRI. Karya tersebut secara garis besar ingin bercerita tentang menjadi diri sendiri dan membuat mimpi versi masing-masing.

BACA JUGA : Jamin Keberlangsungan Hidup, Pemda Yogyakarta Janjikan Perlindungan untuk Para Korban PHK PT Primissima

BACA JUGA : Ciptakan Wilayah yang Bersih, Pemkab Sleman Tertibkan Gerai Minuman Keras Ilegal

Sementara album kedua mulai diestafetkan, dihibahkan, dan sepenuhnya dipegang oleh DGYK. Tajuk besarnya ‘feel the time and make your drums speak’. Karya kedua ini banyak berbicara tentang waktu.

Sedangkan pada album ketiga yang juga dipegang oleh DGYK sepenuhnya berbicara tentang ruang. Tajuk besarnya ‘be aware of the space, and make your drums speak’. Menjadi salah satu penanda konsistensi DGYK pada kompilasi Drum Speak ketiga.

Yang membuat cukup spesial, pada Drum Speak ketiga, mereka mengajak kolaborasi para mahasiswa JAS menjadi partner untuk berkreasi dan berperan dalam teknis perekaman audio.

Selanjutnya pada album keempat, komunitas melibatkan seniman difabel untuk gambar art work-nya. “Lihat getaran hingga dibacakan pakai bahasa isyarat yang ternyata bahasa isyarat custom,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harianjogja.com