Ajak Praktisi Humas Kulik Sumbu Filosofi Yogyakarta Melalui Kompetisi
Pemda DIY dan Humas Indonesia telah berkolaborasi untuk meluncurkan Kompetisi Karya Filosofis Kelana Humas Nguri-uri Keistimewaan Jogja yang mewarnai ajang bergengsi The 6th Anugerah Humas Indonesia (AHI) 2024 di The Rich Jogja Hotel pada hari Jumat sore -Pemda DIY-
diswayjogja.com - Pemda DIY dan Humas Indonesia telah berkolaborasi untuk meluncurkan Kompetisi Karya Filosofis Kelana Humas Nguri-uri Keistimewaan Jogja yang mewarnai ajang bergengsi The 6th Anugerah Humas Indonesia (AHI) 2024 di The Rich Jogja Hotel pada hari Jumat sore (11/10).
Kompetensi Karya Filosofis yang bertemakan 'Sumbu Filosofi Jogja Untuk Dunia' ini adalah sebuah penghargaan baru yang diberikan bagi karya-karya filosofis dalam komunikasi publik yang bisa diikuti oleh praktisi Humas di seluruh Indonesia ataupun masyarakat umum.
Adapun penghargaan AHI 2024 ini memiliki tema Profesionalisme Humas untuk Indonesia Emas diserahkan ke 106 karya terbaik dari instansi dan korporasi yang telah berhasil menerapkan praktik keterbukaan informasi publik dengan inovatif dan kreatif.
BACA JUGA : Pemda DIY Pastikan Proyek JJLS Di Gunungkidul Terus Berjalan
BACA JUGA : DIY Siap Untuk Memaksimalkan Pengelolaan Keuangan Daerah
Salah satunya yaitu Pemda DIY yang telah berhasil untuk meraih Bronze Winner sektor Pemerintahan Daerah Provinsi dengan Kategori Program Kehumasan Pemerintah Sub Kategori Pemerintah Daerah (Provinsi) Infrastruktur Istimewa yang diterima oleh Kepala Biro Umum, Humas dan Protokol (UHP) sekretaris daerah DIY, yakni Teguh Suhada.
Pada momentum itu, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, yakni Dian Lakshmi Pratiwi selaku pembicara utama mengungkapkan bahwa sumbu filosofi Yogyakarta yaitu hasil karya jenius dari Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755.
Nilai universal luar biasa terwujud pada beberapa bangunan yang ada di sepanjang axis yang melambangkan filosofi Jawa tentang siklus kehidupan (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmoni dan ideal (Hamemayu Hayuning Bawono) dan hubungan antara manusia dengan Tuhan (Manunggaling Kawula Gusti).
"Atribut ini antara lain Kompleks Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan monument atau bangunan atau ruang sepanjang axis dari utara menuju ke Selatan yang panjangnya 6 kilometer sampai ke monumen Tugu Yogyakarta. Penanda ini terhubung lewat desain, ritual dan sistem pengelolaan tradisional dari Keraton Yogyakarta," tandasnya.
BACA JUGA : Dukung Investasi Dengan Transparansi Sistem Perizinan
BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Gandeng Bantul Untuk Pasok Beras Ke Pasar Rakyat
Dian menyatakan bahwa tetenger atau penanda itu menegaskan harmonisasi antara manusia, alam, dan juga Sang Pencipta. Dari ruas sumbu filosofi serta beberapa titik kunci penghubung, Kota Yogyakarta telah berkembang jadi pusat pemerintahan, ekonomi, dan juga sosial. Tradisi kebudayaan juga terus lestari dan jadi identitas masyarakat. Beberapa ruang yang ada di dalamnya membangkitkan denyut nadi ekonomi serta mata pencaharian bagi banyak orang.
Penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta jadi warisan dunia adalah keinginan masyarakat DIY dan Bangsa Indonesia umumnya untuk turut melestarikan warisan budaya umat manusia. Sumbu Filosofi Yogyakarta juga menjadi bukti nyata kebudayaan dan peradaban Jawa yang menunjukkan pertukaran penting atas nilai-nilai dan sistem kepercayaan yang terwujud dalam tradisi dan masih berlangsung sampai saat ini
"Kami harap supaya penetapan sumbu filosofi Yogyakarta dapat dimaknai serta memaknai ke semua sendi hidup, kehidupan dan juga penghidupan terkhusus untuk masyarakat DIY, masyarakat Indonesia dan juga dunia. Kami juga sangat berharap peran, partisipasi dan kontribusi Humas Indonesia menjadi garda terdepan informasi publikasi yang berisi edukasi nilai penting filosofi khususnya Yogyakarta sampai dapat memberi daya aruh peningkatan kualitas manusia Indonesia," tutur Dian
Pemerintah dan masyarakat Yogyakarta sudah berusaha dengan keras untuk melestarikannya, baik itu melalui cara tradisional Tata Rakiting Wewangunan ataupun cara-cara yang modern yang didukung dengan beberapa regulasi.
BACA JUGA : Pemkab Dan Polres Bantul Berkomitmen Untuk Berantas Miras Ilegal Dan Oplosan
BACA JUGA : DPUPKP Bantul Optimistis Semua Proyek Pekerjaan Jalan Akan Selesai Sebelum 20 Desember 2024
Pihaknya juga menyadari hanya melalui kebersamaan, kerjasama dan peran serta seluruh pihak di Indonesia ataupun dunia internasional, maka akan makin dimampukan untuk mengelola dan melestarikan Sumbu Filosofi di Yogyakarta.
Founder serta CEO Humas Indonesia, yakni Asmono Wikan mengatakan bahwa kompetisi ini sudah berhasil menarik sebanyak 240 entri dari 62 instansi mengenai pentingnya keterbukaan informasi sebagai wujud dari profesionalisme humas untuk mendukung kemajuan Indonesia.
Karya-karya yang dikirimkan bersaing di berbagai kategori, diantaranya seperti Pelayanan Informasi Publik Terinovatif, Media Internal, PPID Terbaik, Kanal Digital serta Program Kehumasan Pemerintah.
"Kami sangat menghargai badan publik yang dapat berinovasi dan berkreativitas dalam menyajikan keterbukaan informasi. Apalagi pada era digital ini, tantangannya makin kompleks, sehingga penting untuk selalu berinovasi,” ujarnya.
Asmono menyampaikan hendak menggelar Kompetisi Karya Filosofis Kelana Humas Nguri-uri Keistimewaan Jogja yang berkerjasama dengan Pemda DIY yang bisa diikuti oleh para praktisi Humas Indonesia ataupun masyarakat umum. Selama ini, sumbu imajiner yang menghubungkan antara Pantai Selatan sampai Gunung Merapi yang lebih dikenal dibandingkan dengan sumbu filosofi.
BACA JUGA : Resmi Ucapkan Sumpah Jabatan, 4 Pimpinan DPRD DIY Emban Kepercayaan Rakyat
BACA JUGA : Warga Bong Suwung Jogja Bongkar Rumahnya Sendiri Tanpa Bantuan Alat Berat
"Hingga akhirnya, Sumbu Filosofi Yogyakarta itu ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia. Maka dari itu, kami ingin agar para praktisi humas mengulik tentang titik-titik penanda sumbu filosofi mulai dari Panggung Krapyak hingga Tugu Yogyakarta mumpung masih ada di Yogyakarta. Kami sangat berterima kasih kepada Pemda DIY atas dukungan dan kolaborasinya pada kompetisi ini,'" imbuhnya.
Kompetensi itu dibagi jadi dua kategori yaitu foto filosofi dan video filosofi. Obyek kompetisi baik foto ataupun video mulai dari Panggung Krapyak, Alun-alun Selatan, Keraton Yogyakarta, Alun-alun Utara, sepanjang kawasan Jalan Malioboro dan Tugu Yogyakarta. Para pemenang kompetensi yang berhadiah total Rp 30 juta akan memperoleh Piala Gubernur, piagam penghargaan dan juga uang tunai.
Pendaftaran kompetisi tersebut dibuka mulai dari tanggal 2 Oktober sampai dengan 8 November 2024. Disusul pengumuman dan apresiasi pemenang di tanggal 6 November 2024. Keterangan dan syarat lebih lanjut bisa kalian akses https://bit.ly/ENTRYKIT_KKFILOSOFIS?r=qr dan pendaftaran bisa diakses https://bit.ly/KK_FILOSOFISJOGJA?r=qr.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: https://jogjaprov.go.id