Penduduk Miskin di DIY Menurun, Kini Jumlahnya Capai 445,55 Ribu Orang

Penduduk Miskin di DIY Menurun, Kini Jumlahnya Capai 445,55 Ribu Orang

Kepala BPS DIY Herum Fajarwati pada acara Rilis Resmi Statistik BPS DIY di Kantor BPS DIY, beberapa waktu lalu.-DOK.-

DISWAYJOGJA – Jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Maret 2024 sebanyak 445,55 ribu orang. Jika dibandingkan dengan Maret 2023, terjadi penurunan penduduk miskin sebanyak 2,9 ribu orang. Hal itu diungkapkan Kepala BPS DIY Herum Fajarwati pada acara Rilis Resmi Statistik BPS DIY di Kantor BPS DIY, beberapa waktu lalu.

        Dia menjelaskan, persentase penduduk miskin DIY pada Maret 2024 tercatat sebesar 10,83 persen. Angka ini turun 0,21 persen jika dibandingkan dengan angka di Maret 2023, dan turun 0,66 persen jika dibandingkan dengan September 2022.

“Jumlah penduduk miskin di DIY paling banyak terdapat di daerah perkotaan. Pada periode September 2022 sampai Maret 2024, tingkat kemiskinan di daerah perkotaan dan perdesaan menunjukkan kecenderungan yang menurun,” ungkapnya.

BACA JUGA:Entaskan Kemiskinan Ekstrem, Rehab 940 RTLH di Kabupaten Brebes Telan Anggaran Rp 17 Miliar

Herum menuturkan, hasil Susenas Maret 2024 menunjukkan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan DIY sebanyak 319,4 ribu orang. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan yang banyaknya 126,15ribu orang. Secara persentase, penduduk miskin di perdesaan lebih banyak dibandingkan di perkotaan. Pada Maret 2024, persentase penduduk miskin di perdesaan sebanyak 12,49 persen.

“Mengenai garis kemiskinan per rumah tangga, pada Maret 2024 sebesar Rp2.710.967 per bulan, atau naik sebanyak 9,51 persen dibanding kondisi Maret 2023 yang mencapai Rp2.475.455 per bulan. Garis kemiskinan per rumah tangga adalah gambaran besarnya nilai rata-rata rupiah minimum yang harus dikeluarkan oleh suatu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya agar tidak dikategorikan miskin,” jelasnya.

Sementara itu, inflasi year on year (y-on-y) DIY pada Juni 2024 mencapai 2,35 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,85. Kabupaten Gunungkidul tercatat mengalami inflasi y-on-y terkecil sebesar 2,2 persen dengan IHK sebesar 105,01 dan Kota Yogyakarta mengalami inflasi y-on-y terbesar yakni 2,53 persen dengan IHK sebesar 106,88.

“Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Beberapa di antaranya ialah kelompok makanan, minuman, dan tembakau naik sebesar 5,32 persen; kelompok kesehatan sebesar 3,06 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,25 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,71 persen; dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,17 persen,” paparnya.

Terkait Nilai Tukar Petani (NTP) DIY, pada Juni 2024 mencapai angka 102,97 atau naik 1,16 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu 101,79. Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator untuk melihat kemampuan daya beli petani di pedesaan. Nilai ini diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase.

BACA JUGA:Pemda DIY Jalin Sinergi dengan Kadin Atasi Kemiskinan Ekstrem

“Kenaikan indeks NTP gabungan pada bulan ini dipengaruhi oleh naiknya empat subsektor yaitu tanaman pangan sebesar 1,22 persen; hortikultura sebesar 1,73 persen; tanaman perkebunan rakyat sebesar 3,76; dan peternakan sebesar 0,03 persen. Sedangkan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) DIY bulan Juni 2024 tercatat 106,55 atau naik 0,77 persen dibanding bulan sebelumnya yakni sebesar 105,73,” jelasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: