Menilik Pedagang Buku Bekas di Pasar Alun-alun Tegal, Secercah Harapan Disematkan ke Pemerintah

Menilik Pedagang Buku Bekas di Pasar Alun-alun Tegal, Secercah Harapan Disematkan ke Pemerintah

MENATA BUKU – Pedagang buku bekas di Pasar Alun-alun Tegal, Azfan, menata buku bekas di kiosnya. -K. ANAM SYAHMADANI/RADAR TEGAL -

TEGAL, DISWAYJOGJA - Seperti di Kwitang, Kota Tegal juga dulu memiliki sentra pedagang buku bekas yang berada di Pasar Alun-alun Tegal. Seiring berjalannya waktu, jumlah pedagang yang menjual buku bekas di pasar tersebut terus menyusut. Dari belasan, kini hanya tersisa lima orang. Itu pun tinggal tiga orang yang masih rutin beroperasi. Sisanya, bak pepatah hidup segan mati tak mau.

BACA JUGA:Camat Tegal Timur Berharap Kelurahan Mintaragen Meraih Prestasi Terbaik di Jateng

Kumandang azan dari musala menggugah lamunan Azfan yang sedari tadi duduk termenung di kursi plastik untuk menunggu pembeli. Pria berusia setengah abad itu lalu bergegas menuju musala yang tidak jauh dari Kios Buku Jendela Ilmu Nomor 35 yang dikelolanya di Pasar Alun-Alun Tegal, yang juga dikenal dengan sebutan Pasar Malam atau Pasar Ireng.

Kios yang dikelola Azfan merupakan satu dari lima kios buku bekas yang tersisa di pasar yang terletak di Kawasan Jalan Pancasila itu. Dulu, terdapat dua belasan kios buku bekas berada di pasar yang berdiri di atas lahan milik PT Kereta Api Indonesia. Sayangnya, satu per satu kios buku bekas berguguran karena tidak mampu menahan gempuran zaman.

Di zaman yang serba digital, media pembelajaran seperti buku pelajaran sekarang dapat diakses secara digital. Hal tersebut cukup berdampak terhadap pembelian buku fisik, termasuk buku bekas. Layaknya ungkapan sudah jatuh tertimpa tangga, kondisi tersebut diperparah pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia, termasuk di Kota Tegal.

Keputusan pemerintah membatasi pergerakan sosial masyarakat menyebabkan berkurangnya jumlah pengunjung yang datang ke Pasar Alun-Alun Tegal. Sejumlah pedagang buku bekas di Pasar Alun-alun Tegal akhirnya memilih untuk menyerah. Mereka terpaksa harus memilih jalan lain untuk menyambung kehidupan.

“Rata-rata beralih profesi,” kata Azfan saat berbincang dengan wartawan bertepatan dengan peringatan Hari Buku Nasional 2024, sore itu.

BACA JUGA:Kelurahan Mintaragen Mewakili Kota Tegal Maju ke Provinsi Jawa Tengah

Di kios berukuran 2,5 kali 3 meter, Azfan yang merupakan alumni pedagang buku bekas di Pasar Kwitang menjajakan ribuan buku bekas mulai dari buku sejarah, sosial, politik, ekonomi, teknik, kesehatan, hukum, akuntansi, komputer, agama, umum, anak-anak, dan lainnya. Termasuk, buku bekas mahakarya Bung Karno: Di Bawah Bendera Revolusi. Ada juga buku bekas impor dari luar negeri.

Saat penjualan masih ramai, Azfan yang beristri orang Tegal kerap bertandang ke Jakarta dan Semarang untuk berburu buku bekas. Namun, sejak 2020 dia tidak lagi menyetok barang dagangan. Alasannya, modal yang tidak mencukupi.

Tidak ada perputaran untuk modal berbelanja, jadi tidak berbelanja,” tutur ayah tiga orang anak ini.

Azfan belum memiliki keyakinan untuk banting stir seperti pelapak buku bekas Pasar Alun-alun Tegal yang lainnya. Untuk memasarkan buku bekasnya secara daring pun belum bisa dilakukan. Apa daya, keluarganya hanya bergantung pada satu telepon genggam yang dipegang istrinya. “Saya tidak mempunyai handphone. Yang ada istri, tapi belum mau,” ungkap Azfan.

Berjualan buku bekas bagi Azfan merupakan jalan hidup yang untuk sementara waktu masih diyakini bisa ditempuh, meskipun tidak tahu sampai kapan jalan ini bisa dilalui. Dalam pemikirannya, Azfan juga tampaknya memiliki keraguan.

“Dulu (berjualan buku bekas) bisa menjadi harapan. Sekarang, hmmmmmm,” ujar Azfan menghela nafas panjang.

BACA JUGA:Warga Cabawan Kota Tegal Gotong Royong Bantu Pembangunan Rumah Wasmin

Namun demikian, Azfan masih memiliki secercah harapan. Dia menggantungkan harapannya kepada pemerintah, terutama yang digawangi Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang baru agar nantinya bisa mengeluarkan kebijakan yang mendukung pedagang buku bekas sepertinya. Sehingga, dunia perbukuan dapat menjanjikan masa depan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: