7 Bahaya Makan Tutut Untuk Kesehatan, Kalian Harus Tahu Bagi yang Suka Makanan Seafood

7 Bahaya Makan Tutut Untuk Kesehatan, Kalian Harus Tahu Bagi yang Suka Makanan Seafood

--

 

DISWAY JOGJA - Bahaya makan tutut didasari oleh cara mengolah dagingnya yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan standar kesehatan.

Bahaya makan tutut

Sebenarnyanya, makanan dari daging tutut sangat lezat, bergizi tinggi, dan banyak disukai masyarakat karena harganya yang terjangkau. Namun, perlu diwaspadai karena dibalik kelezatannya masih ada bahaya yang mengancam kesehatan tubuh.

Tutut adalah sejenis siput air tawar yang biasanya dimasak dan dikonsumsi sebagai makanan di beberapa wilayah. Namun, terdapat beberapa risiko dan bahaya yang terkait dengan makan tutut, terutama jika tidak dimasak atau disiapkan dengan benar. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Racun dan keracunan: Tutut dapat mengandung racun jika tidak dimasak dengan benar atau berasal dari habitat yang terkontaminasi. Racun tersebut dapat menyebabkan keracunan makanan yang menyebabkan gejala seperti mual, muntah, diare, dan bahkan kerusakan organ tertentu. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa tutut yang dikonsumsi telah dimasak dengan benar untuk menghilangkan risiko racun.

2. Kontaminasi bakteri dan parasit: Tutut mentah atau kurang dimasak dapat mengandung bakteri atau parasit patogen yang dapat menyebabkan infeksi atau penyakit. Oleh karena itu, pastikan untuk memasak tutut dengan benar hingga matang untuk membunuh bakteri atau parasit yang mungkin ada.

3. Alergi atau sensitivitas: Beberapa orang mungkin memiliki alergi atau sensitivitas terhadap tutut atau jenis makanan laut lainnya. Reaksi alergi dapat berkisar dari ringan hingga parah, termasuk ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan, dan sesak napas. Jika Anda memiliki riwayat alergi makanan atau gejala alergi setelah mengonsumsi tutut, segera hentikan konsumsi dan konsultasikan dengan profesional medis.

4. Pencemaran lingkungan: Beberapa daerah yang mengandung tutut mungkin terkena pencemaran lingkungan, seperti polusi air atau bahan kimia beracun. Jika tutut berasal dari daerah yang terkena pencemaran, risiko terpapar bahan berbahaya dapat meningkat.

5. Menyebabkan cacingan: Kehidupan tutut atau keong sawah tidak bisa lepas dari air dan lumpur, maka tubuhnya seringkali digunakan cacing jenis trematoda untuk bertelur dan berkembang. Telur-telur cacing dapat tumbuh dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu, keberadaannya mudah berpindah ke tubuh manusia dan berkembang biak di jaringan usus dan saluran empedu. Kondisi tersebut menyebabkan seseorang terserang cacingan yang pada awalnya berupa gejala cacingan pada anak dan dewasa penyuka tutut. Untuk mencegahnya, masaklah daging tutut hingga matang sebelum diberi bumbu dan diolah menjadi makanan yang lezat dan nikmat.

6. Menyebabkan penyakit schistosimiasis: Di dalam tubuh tutut terdapat jenis cacing bernama schistosoma yang awalnya terdapat pada tanah dan lumpur di area persawahan tempat tutut hidup. Ketika cacing tersebut masuk ke organ pencernaan, maka akan menyebabkan dinding usus luka, lalu infeksi. Ketika jaringan usus mengalami pelebaran infeksi, maka akan muncul penyakit diare yang berkepanjangan. Di mana infeksi tersebut dapat menjalar ke organ hati dan menyebabkan peradangan, lalu fungsi hatipun menjadi semakin menurun.

Untuk mencegah hal itu terjadi, maka cuci daging tutut pada air yang mengalir beberapa kali, lalu rendam pada air garam yang sebelumnya ditambahkan sedikit air perasan lemon.

7. Munculnya penyakit meningitis: Tutut dapat terjangkit cacing jenis Angiostrongylus cantonensis, dimana cacing tersebut banyak bermukim pada perairan dangkal seperti persawahan. Cacing ini dapat berpindah pada tubuh manusia melalui daging tutut yang sepenuhnya belum matang, misalnya pada daging tutut yang dibuat sate. Cacing Angiostrongylus cantonensis dapat bertahan pada suhu panas, tetapi tidak mendidih. Maka, untuk mencegah munculnya gejala meningitis pada anak yang menyukai daging tutut, sebaiknya hindari pengolahan tutut menjadi sate.

Lebih baik tutut digoreng dengan menggunakan minyak zaitun atau minyak jagung hingga benar-benar matang. Atau, direbus dengan titik didih 100 derajat Celsius sebelum diolah menjadi menu masakan tertentu.

Sebagai langkah pencegahan, pastikan untuk membeli tutut dari sumber yang terpercaya dan pastikan untuk memasaknya dengan benar hingga matang. Hindari mengonsumsi tutut mentah atau kurang matang. Jika Anda memiliki keraguan atau kekhawatiran, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional medis atau ahli gizi sebelum mengonsumsi tutut atau jenis makanan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: alodokter.com