Tanpa Jumbo
Sejumlah pusat keramaian khususnya yang kerap disambangi TKW Indonesia di Hong Kong mulai menggeliat. -Twitter/@zirosou---
Liam Then
Analisa pas-pas an saya , Kiai Imam Jazuli tidak sedang berpolitik praktis. Beliau sedang memperjuangkan sesuatu yang sangat penting. Membangkitkan kesadaran politik khususnya pada pengikut NU akar rumput yang sangat banyak ,supaya mau aktif sadar politik dulu. Supaya mandatnya tidak sembarang di klaim tiap musim pemilihan. Yang paling logis dan sederhana ,ya memang di dorong ngumpul ke PKB dulu. Mungkin di harapkan beliau,PKB menjadi kawah candradimuka untuk bakat-bakat muda NU. Agar nanti mampu lulus menjadi pendekar politik yang kuat membela kepentingan pengikut NU yang banyaknya bukan main itu. Karena realitasnya sekarang. Pengikut NU ditarik kesana dan kesini, dapatnya cuma jadi wawali,wabub,wagub,wapres. Kita sudah tau kalo sudah awalannya wa wa wa. Kebanyakan sedih dan senyap ceritanya. Kiai Imam Jazuli ibaratnya sedang merintis "start up" politik untuk pengikut NU, lewat PKB. Main sabar dan panjang, bersandar pada kuat nya karakter pengikut NU. Yang nanti akan pelan-pelan merevolusi PKB , dari partai spesialis "diajak" koalisi. Menjadi partai pemimpin koalisi. Begitulah kira-kira.
Liam Then
Tentang duel antara pro dan anti aborsi di Amerika. Komen saya cuma ini ; ternyata orang amerika masih ada juga yang tidak suka pakai sarung.
Hidan Fortune
Andai bisa komentar sambil kirim screenshot halaman Disway. Abah yg sudah tahu betapa tersiksanya membaca diantara iklan yg berjejel numpuk dan berlapis dari atas ke bawah hingga tulisan hanya dua baris yg tersisa...
donwori
abah... kenapa di portal disway sama sekali tidak meliput berita dugaan pemerkosaan santri di salah satu ponpes di Banyuwangi? padahal kasusnya masih anget dan korban sudah lapor ke polisi. tapi terduga pelaku yg merupakan pengasuh ponpes tsb malah mangkir dari panggilan. apa karena ponpesnya terafiliasi dengan NU dan terduga pelakunya mantan anggota DPRD jatim? kok kesannya NU cuci tangan dan ga mau tau tentang kasus ini. jangan sampai kejadian serupa dulu di Jombang terulang lagi di Banyuwangi karena pelakunya yg orang kuat dan punya massa organisasi keagamaan. bandingkan dengan kasus warung sayap suci. pelaku udah diciduk, warung sudah ditutup di semua cabang. persekusi sudah ramai2 dilakukan GP ansor. Kiai Imam Jazuli juga sampai rela bikin tulisan di disway tentang kasus sayap suci. standar ganda kah? yang penasaran beritanya cari aja di detikcom. disini ga bisa paste link.
dabaik kuy
coba lihat kasus pendeta memperkosa.. sulit juga di proses.... bedakan kelakuan kriminal seperti perkosaan dan kelakuan penghinaan.... menghina bunda maria berarti menghina seluruh org kristen... yg tdk merasa terhina maka di pertanyakan mungkin dia kristen liberal spt juga ada muslim yg tdk merasa terhina maka dia umunya islam liberal.... jd bedakan kriminal (perorangan) dan penghinaan , (menghina seluruh pemeluk agama tsb)
edi hartono
Karena setitik nila, rusak susu sebelanga. Paragraf terakhir itulah setitik nila nya. Rusak logika. Ahlusunnah diperjuangkan lewat politik: ok.. Konkret nya semua NU harus ber PKB: logika gak nyambung, bahkan menyesatkan, dan terasa meremehkan, dipikirnya pembaca bisa dibodohi dengan logika sesat seperti itu. NU memang ahlusunnah. Namun ahlusunnah buka cuma NU. Menjadi sesat kuadrat ketika semua mau dimasukan ke dalam karung bernama PKB. Memang PKB itu apa? PKB mau mengkarungi NU saja gak pantas. Apalagi ini mau ditarik logika PKB mau mengkarungi ahlusunnah. Lebih dari gak pantas, mungkin tepatnya gak tau diri. Catatan DI hari ini mengecewakan. Mungkin juga karena mendapatkan pesanan. Mungkin juga hanya karena blunder, hingga terketiklah setitik nila. Namanya juga manusia biasa. Pesan saya, hati2lah menjaga susu anda. Namun dunia ini memang aneh. Semua tahu yg sehat itu susunya, namun kenapa banyak pria yg terpukau dengan kemasannya saja, wkwk.
doni wj
Karena nila setitik rusak susu sebelahnya
Jokosp Sp
Saya suka susu. Dari kecil. Suka rasanya. Untuk tahu cita rasanya, maka harus menikmatinya.
Harun Sohar
Duh Amerika yang begitu majunya pun masih seperti itu. Kolot banget pola pikir sebagian warganya. Kelompok konservatif dimana-mana selalu menghambat kemajuan bangsa. Jangan heran bila di Indonesia (yang masih penuh demit) pun demikian. Dan agama sangat efektif untuk digunakan. Politikus demit paham betul potensi itu. Mereka mendulang suara dengan menjanjikan program konservatif yang berbasis agama. Bahkan Tuhanpun kaget namanya sering dibawa-bawa. Pantas saja era reformasi dengan skenario optimis (20 tahun RI akan maju, korupsi hilang), kandas ndas. Terbukti sekarang bagaimana keadaan negara kita. Korupsi masih merajalela. Para politikus semakin memburamkan harapan rakyat. Sekarang tinggal kita tunggu era reformasi dengan skenario pesimis yaitu 50 tahun (dari 1998) Indonesia akan menjadi negara maju. Pencetus skenario era reformasi ini adalah Pak Dahlan Iskan dalam suatu seminar awal reformasi (1999) yang diselenggarakan di hotel Simpang Surabaya. Pembicara lainnya adalah Ciputra, M. Zuhdi (Wakil Gubernur Jatim) dan seorang lagi saya lupa. Semoga pak Dahlan masih ingat ... Apa sekarang ada skenario lainnya? Skeptis misalnya ha-ha.
Pryadi Satriana
'Imam Trump' itu dari 'Imam Jazuli' dan 'Donald Trump'. Dahlan Iskan memang buat judul "sak karepe dewe." Menganalogikan 'langkah Trump' dg 'langkah Jazuli'. Analogi yg salah. Trump tidak memainkan politik identitas, mayoritas penduduk 'sono' memang non-Muslim. Jazuli mau "mem-PKB-kan NU." Dia bilang agar Mbak Yenny stop provokasi dan bisa 'move on', melupakan bahwa Mbak Yenny didongkel dari posisi Sekjen PKB oleh Cak Imin, sedangkan Gus Dur dicopot dari Dewan Syuro PKB. Stop provokasi? Lha wong yg provokasi Jazuli kok. Imam "pedotan PDIP" Jazuli itu lupa - atau pura2 lupa - bahwa NU itu punya integritas dan ndhak mau membingungkan umat. Karena itu, di Rembang, 16 Mei 2004 lalu, rapat Syuriyah PBNU memutuskan menon-aktifkan KH Hasyim Muzadi dan Solahuddin Wahid dari jabatan Ketua Umum dan Ketua PBNU sejak resmi ditetapkan sebagai cawapres. NU memang beda dengan MUI. Sang Ketum MUI tetap menjabat "Ketum non-aktif", padahal sudah pernah berjanji akan mundur kalau jadi Wapres, eh... ndhak jadi, alasannya: menyesuaikan dengan hasil Rakernas MUI (halaah, itu mah rasionalisasi, "penyakit" manusia yg punya rasio/nalar!). Saya kembali mengingatkan: "Lupakan Jazuli, yg "bukan siapa-siapa", eh ... keliru, yg "jebolan PDIP", ikuti Gus Yahya yg membebaskan nadliyin untuk memilih wakil2 mereka sesuai pertimbangan masing2. Ulama itu ngurusi umat, termasuk ada yg jadi politisi. Ingatkan politisi yg salah. Jangan malah jadi politisi. Nabi bersabda:"Antum a'lamu bi umuuri dunyaakum." Salam.
Dodik Wiratmojo
Ketumnya udah over stay, pamornya udah turun dibanding ketum parpol lain,dimana2 ada posternya di jln, tp gitu2 saja, ga ada respon, saya yakin Pkb jadi partai besar kl sudah diganti, tapi kabarnya sudah dipagari dari dlm, ah sudah lah....Trump ga jadi coblos pkb hhhhhhh
Don KongKing
Abah, Nipress bangkrut tuh, karyawan belum ditunaikan haknya, distributornya juga pada marah, klaim aki numpuk entah harus diretur kemana. Apakah ada hubungannya dengan STAL nya Pak Widodo Sucipto?
*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: disway.id