Kenduri dan Doa di UGM, Emak-emak Desak Bencana Sumatera Jadi Nasional dan MBG Diprioritaskan
Aksi Kenduri dan Doa untuk Indonesia digelar Koalisi Suara Ibu Indonesia di Bundaran UGM, Yogyakarta, Senin (22/12/2025) sore, Emak-emak ini mendesak pemerintah menetapkan bencana Sumatera sebagai bencana nasional dan moratorium program MBG.--Foto: Anam AK/diswayjogja.id
“Ini menunjukkan programnya belum dipikirkan matang. Salah sasaran, kualitasnya buruk, bahkan berpotensi membahayakan kesehatan,” jelasnya.
Koalisi Suara Ibu Indonesia juga menuntut penghentian intimidasi terhadap jurnalis, aktivis, dan relawan yang turun ke lokasi bencana serta meminta penanganan bencana yang berpihak pada kelompok rentan, seperti perempuan, anak, lansia, dan penyandang disabilitas.
BACA JUGA : Pakar UGM Ingatkan Huntap Sumatra Harus Cegah Bencana Berulang
BACA JUGA : Kerusakan Ekosistem Hulu DAS Perparah Banjir Bandang Sumatra, Ini Penjelasan Pakar UGM
“Kami akan terus mengawal isu ini. Sebagai ibu, kami memikirkan anak-anak kami dan anak-anak lain di seluruh Indonesia,” tutur Rika.
Aksi tersebut mendapat dukungan dari Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Fathul Wahid. Menurutnya, gerakan emak-emak di Hari Ibu menjadi pengingat penting agar negara tidak kehilangan nurani dalam mengelola bencana.
“Gerakan ini luar biasa. Kita melihat bagaimana bencana sering diperlakukan hanya sebagai urusan angka, bukan urusan manusia dan alam,” ujar Fathul.
Dia juga mengkritik kebijakan MBG yang dinilai tidak sensitif terhadap situasi darurat bencana. Menurutnya, anggaran negara seharusnya diarahkan secara lebih bermakna untuk membantu korban di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
BACA JUGA : DIY Rawan Longsor dan Banjir Saat Liburan, Ini Peta Risiko Versi Pakar UGM
BACA JUGA : UGM Kirim Tim Kesehatan dan Psikologi ke Sumatra, Siapkan Skema Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak
“Dengan magnitudo kerusakan yang terjadi dan hujan yang masih terus turun, status bencana nasional sangat layak dipertimbangkan,” katanya.
Fathul mengaku khawatir kondisi di Sumatera bisa memburuk, namun mengajak masyarakat tetap optimistis tanpa kehilangan sikap kritis terhadap kebijakan negara. Aksi kenduri dan doa tersebut ditutup dengan refleksi dan doa bersama untuk keselamatan bangsa serta para korban bencana.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: