Hari Bela Negara 2025 di Bantul: Aceh, Sumut, dan Bukittinggi Jadi Teladan Ketahanan Bangsa

Hari Bela Negara 2025 di Bantul: Aceh, Sumut, dan Bukittinggi Jadi Teladan Ketahanan Bangsa

Bupati Bantul Abdul Halim memimpin upacara Peringatan Hari Bela Negara 2025 di Lapangan Paseban, Bantul, Jumat (19/12/2025).--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

BANTUL, diswayjogja.id – Peringatan Hari Bela Negara tahun 2025 di Kabupaten Bantul berlangsung khidmat di Lapangan Paseban, Jumat (19/12/2025).
Upacara ini menghadirkan Bupati Bantul, Abdul Halim, yang membacakan sambutan Presiden Prabowo Subianto.
Ia mengenang sejarah berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi pada 1948, saat Agresi Militer Belanda II mengancam keberlangsungan Republik.

Menurutnya, peristiwa itu menjadi bukti bahwa semangat bela negara mampu menjaga Indonesia tetap berdiri.
“Peringatan ini mengingatkan kita bahwa kemajuan bangsa hanya bisa dicapai apabila seluruh rakyat memiliki kesiapsiagaan, disiplin, dan ketangguhan,” katanya.

BACA JUGA : Festival Upacara Adat Sleman 2025: Merawat Tradisi agar Generasi Muda Tak Kehilangan Jati Diri

BACA JUGA : 17 Kapanewon Tampilkan Upacara Adat di Sleman Culture Festival 2025
Tema peringatan Hari Bela Negara tahun ini adalah 'Teguhkan Bela Negara untuk Indonesia Maju', yang menekankan pentingnya persatuan dan kesiapan menghadapi tantangan global.
Dunia saat ini menghadapi dinamika yang cepat dan penuh ketidakpastian, mulai dari rivalitas geopolitik, krisis energi, disrupsi teknologi, hingga arus informasi yang mudah dimanipulasi.
Ia menegaskan bahwa ancaman terhadap negara tidak lagi hanya bersifat konvensional, tetapi juga berupa perang siber, gerakan radikalisme, hingga bencana alam yang semakin sering terjadi.
“Ancaman modern memerlukan respons kolektif seluruh warga negara. Bela Negara bukan hanya tugas militer, tapi tanggung jawab setiap individu dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa,” ujarnya.
Menurutnya ketiga wilayah itu memiliki peran sejarah yang luar biasa dalam perjalanan Republik.

BACA JUGA : UMY Gelar Upacara HUT ke-80 RI, Ratusan Peserta Kenakan Busana Adat Daerah

BACA JUGA : Suguhan Musik dan Tarian Nusantara Warnai Upacara HUT ke-80 RI di Balai Kota Yogyakarta
“Ujian yang mereka hadapi hari ini menjadi panggilan bagi kita semua untuk hadir, membantu, dan belajar dari keteguhan mereka,” jelasnya.
Dari Aceh, masyarakat Indonesia belajar tentang keteguhan sebuah wilayah yang sejak masa kerajaan telah menjadi benteng ketahanan Nusantara.
Pada masa revolusi kemerdekaan, Aceh disebut sebagai daerah modal, karena dukungan rakyatnya berupa logistik, pesawat, dan dana yang menjadi penopang diplomasi dan perjuangan Republik.
Menurutnya, tanpa keteguhan masyarakat Aceh, perjuangan mempertahankan kemerdekaan tidak akan sekuat yang kita kenal hari ini.
“Keteguhan Aceh menjadi bukti bahwa semangat Bela Negara bukan hanya tentang peperangan, tapi juga solidaritas dan kesiapsiagaan seluruh rakyat,” ucapnya.

BACA JUGA : Upacara Adat Saparan Bekakak Jadi Magnet Wisata Budaya, Wabup Sleman Dorong Pelestarian Tradisi

BACA JUGA : Dana Kalurahan Dicairkan Tapi Tak Disalurkan, JCW Desak APH Selidiki Kasus Wonokromo Bantul
Sumatera Utara juga menjadi contoh heroisme dan semangat juang yang tak pernah padam.
Dari Medan Area hingga berbagai daerah di Sumut, perlawanan rakyat memberikan kontribusi penting bagi kelangsungan Republik Indonesia.
“Semangat juang rakyat Sumatera Utara mengajarkan kita bahwa Bela Negara adalah tanggung jawab kolektif, bukan hanya milik aparat,” tuturnya.
Sementara itu, dari Sumatera Barat, khususnya Bukittinggi, lahir Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) sebagai penyelamat Republik di masa paling kritis.
Hal ini menunjukkan pentingnya kesiapan dan ketangguhan daerah dalam menghadapi krisis nasional.
“Bukittinggi dan PDRI menjadi simbol bahwa Bela Negara adalah kesiapsiagaan dan keteguhan dalam mempertahankan kedaulatan bangsa,” imbuhnya.

BACA JUGA : Antisipasi Unjuk Rasa Anarkis, Polres Bantul Matangkan Sispamkota 2025

BACA JUGA : Bantul Meriah Akhir Tahun, 15 Event Menarik dari Wayang Kulit hingga Pesta Kembang Api
Ia menekankan bahwa ketika ibu kota negara diduduki, justru dari Sumatera Barat, pemerintahan Republik tetap hidup.
Keberanian para pemimpin dan rakyat di wilayah ini menjadi fondasi kelangsungan Republik. “Tanpa keberanian mereka, sejarah Indonesia akan sangat berbeda. Peringatan Hari Bela Negara tidak akan memiliki makna seperti hari ini,” sebutnya.
Ia menegaskan bahwa Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan hanya bagian dari perjalanan masa lalu, tetapi juga fondasi yang menegaskan bahwa persatuan adalah kekuatan terbesar bangsa.
“Tanpa ketiga wilayah ini, sejarah Bela Negara tidak akan lengkap. Persatuan dan keberanian mereka menjadi contoh bagi kita semua,” tambahnya.
Dalam momentum ke-77 ini, Prabowo mengingatkan bahwa cinta tanah air harus diwujudkan dalam tindakan nyata.

BACA JUGA : Bantul Kirim Relawan ke Sumbar, Standar Operasional dan Diklat Lengkap untuk Pencarian Korban Bencana

BACA JUGA : Remaja di Bantul Ayunkan Celurit sebelum Alami Kecelakaan, Polisi Amankan Senjata Tajam
Hal itu termasuk hadir membantu sesama yang tertimpa bencana, menjaga ruang digital dari hoaks, memperkuat ketahanan ekonomi keluarga, serta berkontribusi dalam pembangunan sesuai peran masing-masing.
“Bela Negara bukan sekadar simbol atau seremoni, tetapi aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dari membantu sesama hingga menjaga ruang informasi, semuanya adalah bagian dari pertahanan bangsa,” lanjutnya.
Peringatan Hari Bela Negara kali ini sekaligus menjadi pengingat bahwa ketahanan bangsa tidak hanya ditopang oleh sejarah, tetapi juga oleh kesadaran kolektif masyarakat untuk menjaga persatuan dan menghadapi berbagai tantangan modern.
Prabowo menutup sambutannya dengan mengajak seluruh rakyat meneguhkan tekad untuk Indonesia yang kuat, maju, dan mampu bangkit menghadapi setiap tantangan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: