Air Mata dan Petuah, KGPAA Benowo Ungkap Kedekatan dan Warisan PB XIII di Balik Liang Lahat

Air Mata dan Petuah, KGPAA Benowo Ungkap Kedekatan dan Warisan PB XIII di Balik Liang Lahat

Ribuan pelayat dan abdi dalem memadati Kompleks Pemakaman Raja-Raja Mataram, Imogiri, memberikan penghormatan terakhir kepada Sri Susuhunan PB XIII--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

BACA JUGA : SPPG Wirobrajan Hentikan Sementara Distribusi MBG Usai KLB, Pemkot Yogyakarta Lakukan Evaluasi

BACA JUGA : Dari Pawai Rajakaya hingga Pasaraya Adat, FKY 2025 Hidupkan Tradisi Gunungkidul

Adik kandung mendiang ini berdiri tak jauh dari liang lahat, menatap penuh haru ke arah pusara sang kakak yang akan segera dikebumikan.

“Sebentar lagi saya juga akan menyaksikan kakak saya dimasukkan ke liang lahat, untuk memberikan penghormatan terakhir,” jelasnya pelan, menahan emosi yang membuncah.

Baginya, kepergian Pakubuwono XIII bukan hanya kehilangan seorang raja, melainkan juga seorang kakak yang selama hidup menjadi tempat berbagi cerita, canda, bahkan diam.

“Karena mau percaya atau tidak, saya ini adik yang paling disayangi beliau. Paling kulino, paling dekat. Selain saya itu seibu, mungkin juga sehati, ya,” imbuhnya sambil tersenyum getir.

Kedekatan keduanya bukanlah hal baru di lingkungan keraton. 

Sejak muda, mereka sering bersama, menghadiri kegiatan keraton hingga sekadar berkeliling kota Surakarta. 

BACA JUGA : Pebulu Tangkis Legendaris Ricky Subagja Dorong Piala Raja Jadi Turnamen Tahunan untuk Regenerasi Atlet

BACA JUGA : Kejuaraan Bulu Tangkis Piala Raja di Yogyakarta diikuti Ribuan Atlet dari Seluruh Indonesia, Catat Rekor MURI

Saat bepergian bersama ayah mereka, Sinuhun Pakubuwono XII, hanya dua orang yang diizinkan memegang kemudi: sang kakak atau Benowo sendiri.

“Bahkan kalau bepergian bersama Sinuhun Pakubuwono XII, yang menyetir pasti antara saya atau beliau (Pakubuwono XIII). Kalau bukan dua orang itu, beliau tidak mau, entah kenapa,” sebutnya mengenang dengan mata yang menerawang jauh.

Kedekatan itu, katanya, menjadikan dirinya saksi atas berbagai fase kehidupan sang kakak, dari masa muda yang penuh semangat, hingga masa kepemimpinan yang penuh tanggung jawab di tengah tantangan zaman. 

Di sela kesibukan dan beban sebagai raja, Pakubuwono XIII kerap memberi petuah kepada para penerusnya, agar menjaga kerukunan dan keutuhan keraton.

“Beliau sering memberi petuah kepada kami, para penerus, agar menjaga kebersamaan, tidak saling menjatuhkan. Karena keraton ini bukan sekadar simbol, tapi ruh budaya yang harus dijaga dengan hati,” tambahnya lirih.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: