FKY 2025 Angkat Tema Adat Istiadat di Gunungkidul, Ada 9 Program Unggulan Selama Sepekan

FKY 2025 Angkat Tema Adat Istiadat di Gunungkidul, Ada 9 Program Unggulan Selama Sepekan

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi (tengah), menyampaikan Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) kembali digelar dengan semangat rebranding, saat konferensi pers di Grand Rohan, Bantul, Sabtu (4/10/2025) sore. --Foto: Anam AK/diswayjogja.id

BANTUL, diswayjogja.id - Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) kembali digelar dengan semangat rebranding yang kini berfokus pada kolaborasi aktif antara masyarakat, seniman, budayawan, dan pelaku budaya lainnya. 

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menyampaikan bahwa dalam tiga tahun terakhir, FKY telah bertransformasi dari festival yang berpusat pada panggung pertunjukan menjadi ajang aktivasi budaya yang melibatkan masyarakat secara langsung.

“Tahun ini, FKY 2025 mengusung tema adat istiadat yang sangat khas dari Kabupaten Gunungkidul dengan judul Adoh Ratu Cedhak Watu,” ujar Dian dalam konferensi pers di Grand Rohan, Bantul, Sabtu (4/10/2025). 

Tema ini diharapkan dapat mengeksplorasi makna filosofis adat istiadat melalui dialog, diskusi, serta berbagai aktivitas seni dan budaya, sehingga adat dapat berperan lebih kuat dalam kehidupan masyarakat sekarang dan masa depan.

BACA JUGA : Festival Literasi Bantul 2025, Perpustakaan Jadi Pusat Kreativitas dan Kehidupan Sosial

BACA JUGA : Hadirkan Suasana Tempo Dulu Tanpa Plastik, Simak Serunya Festival Pasar Lawas Mataram

Festival ini merupakan bagian dari roadmap lima tahunan yang mengelilingi lima wilayah di DIY, yaitu Kabupaten Kulon Progo (2023) dengan tema ketahanan pangan, Kabupaten Bantul (2024) dengan tema benda, Gunungkidul (2025) dengan tema adat istiadat, Kabupaten Sleman (2026) dengan tema bahasa, dan Kota Yogyakarta (2027) dengan tema nilai budaya.

Gunungkidul dipilih karena kekayaan adat istiadat dan kekhasan lingkungan alamnya yakni bukit, gunung, lembah, dan laut, yang sangat dihormati masyarakatnya. 

Tema “Adoh Ratu Cedhak Watu” sendiri bermakna “jauh dari raja, dekat dengan batu,” yang menggambarkan kemandirian komunitas serta kedekatan mereka dengan tanah dan alam sebagai sumber kehidupan.

Dian menegaskan bahwa FKY bukan sekadar festival, tetapi “laboratorium budaya” yang memungkinkan terjadinya dialog dan pertukaran gagasan antar pelaku budaya. 

BACA JUGA : Wali Kota Hasto: WJNC Tahun Ini Ditiadakan, Pemkot Bakal Gelar Festival Kali Code

BACA JUGA : Festival Olahraga Tradisional di Bambanglipuro, Ajang Lestarikan Budaya dan Sportivitas Anak

Festival ini tidak hanya merayakan, tapi juga menghidupkan kembali praktik-praktik budaya di tengah masyarakat.

“FKY 2025 dibangun atas kolaborasi setara antara panitia, pelaku budaya, dan komunitas lokal Gunungkidul. Masyarakat bukan penonton pasif, tapi pelaku aktif yang menghidupkan pengetahuan adat istiadat yang tumbuh di tanah mereka sendiri,” tambah Dian.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait