Festival Seni Kontemporer ARTJOG 2025 Dibuka, Pamerkan Praktik Seni Trilogi Motif Amalan
Festival Seni Kontemporer ARTJOG 2025 resmi dibuka untuk umum di Jogja National Museum (JNM), yang berlangsung mulai 20 Juni 2025 hingga 31 Agustus 2025. --dok. ARTJOG
YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Festival Seni Kontemporer ARTJOG 2025 resmi dibuka untuk umum di Jogja National Museum (JNM), yang berlangsung mulai 20 Juni 2025 hingga 31 Agustus 2025.
Mengusung tema 'Motif: Amalan', ARTJOG menyajikan beragam presentasi karya dan aktivitas seni yang menyertai keberlangsungan hidup seni dan masyarakat secara lebih luas.
Kurator ARTJOG, Hendro Wiyanto, mengungkapkan tema 'Motif: Amalan' bermaksud untuk membaca ulang praktik artistik dan fungsi dari karya seni, selain membuat nilai estetika.
Hendro menyebutkan ketika fungsi seni dipertanyakan, ia justru terlanjut dibayangkan sebagai tindakan.
BACA JUGA : ARTJOG 2025 Usung Trilogi Motif Amalan, Ada Program Spotlight Karya Kolaborasi Reza Rahardian
BACA JUGA : Kunjungi Festival Pameran Seni Rupa ARTJOG, Sri Sultan Apresiasi Karya Seniman Muda
"Makna amalan pada tema ini tidak hanya terbatas pada definisi kamus yang menekankan 'klise' pahala, melainkan sebuah laku praksis seniman sebagai subjek aktif pada konteks estetika, sosial, politik, dan sebagainya," ungkapnya saat pembukaan ARTJOG 2025, Jumat (20/6/2025).
Untuk itu, karya seni bisa dipandang sebagai 'hadiah' untuk kebaikan hidup bersama di luar kalkulasi laba-rugi dan kerap tidak bisa ditukar nilainya.
Pada program pemeran utama, ARTJOG 2025 mengundang Anusapati (Yogyakarta) dan REcycle-EXPerience (Bandung) sebagai seniman komisi untuk menerjemahkan tema Motif: Amalan itu.
Anusapati menghadirkan karya instalasi berjudul POHON | KAYU yang menggambarkan masifnya praktik eksploitasi terhadap hutan dan tambang penyebab krisis lingkungan.
BACA JUGA : Festival Seni Kontemporer ARTJOG 2024 Digelar Selama 2 Bulan, Tampilkan Karya dari 48 Seniman
BACA JUGA : Seniman dan Budayawan Ingatkan Yogyakarta Punya Potensi Besar Membangun Indonesia Menyala
Di tengah modernitas yang memisahkan manusia dengan alam, Anusapati justru menembus batasan tersebut dengan memanfaatkan pohon/kayu mati sebagai material utama pada karyanya.
Untuk melengkapi, Tony Maryana, seorang seniman suara, merespon instalasi bebunyian untuk membantu menciptakan pengalaman kognitif dan persepsi baru di karya ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: