Ia menekankan bahwa kondisi ini seringkali membuat ibu kelelahan dan menambah beban ganda dalam mendidik anak.
“Ayah tidak boleh menyerahkan seluruh nasib dan perkembangan anak hanya kepada ibu. Kasihan ibu. Setiap hari, di banyak rumah, ayah kurang memberikan perhatian,” tambahnya.
BACA JUGA : Vonis Seumur Hidup Bikin Keluarga Juremi Kecewa, Ayah Kami Tak Mati untuk Diabaikan
BACA JUGA : Aksi Curanmor di Wilayah Kos Sleman, Polsek Depok Timur Tangkap Dua Pelaku dalam Sepekan
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa tidak ada ayah yang sengaja mengabaikan anaknya. Namun, tanpa pengingat dan gerakan nyata, anak-anak berisiko tumbuh menjadi fatherless, yaitu anak yang kekurangan figur ayah dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya yakin tidak ada ayah yang sengaja menerlantarkan anaknya. Namun, jika tidak diingatkan dan tidak menjadi gerakan, anak-anak bisa tumbuh menjadi fatherless tanpa figur ayah di dalam kehidupan mereka,” lanjutnya.
Gerakan Ayah Kembali ke Sekolah diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran seluruh ayah agar lebih terlibat dalam pendidikan dan kehidupan anak-anak.
Dengan demikian, anak-anak tidak hanya mendapatkan perhatian dari ibu, tetapi juga figur ayah yang konsisten dan aktif.
Program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat di Kabupaten Bantul dan di seluruh Indonesia, mendorong kolaborasi orang tua dalam membentuk generasi yang cerdas, berkarakter, dan mandiri.