“Kami berupaya memastikan tidak ada mahasiswa terdampak yang terlewat,” tegasnya.
Rustamaji menambahkan, kebutuhan bantuan mahasiswa terdampak cukup beragam, mulai dari keringanan UKT, bantuan biaya hidup harian, bantuan makan, paket sembako, bantuan biaya kos, hingga pendampingan konseling.
Bahkan, sejumlah mahasiswa berpotensi mengajukan cuti akademik karena kondisi keluarga di daerah asal yang kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, maupun sumber penghasilan.
Sebagai langkah awal, UGM telah menyalurkan sejumlah bantuan, antara lain voucher makan dua kali sehari, voucher makan di kantin Fakultas Ekonomika dan Bisnis, serta bantuan finansial sebesar Rp2 juta per mahasiswa yang disalurkan pada periode Desember hingga Januari bagi mahasiswa Fakultas Farmasi.