BACA JUGA : UMKM dan Pelaku Wisata DIY Diminta Masukkan Unsur Budaya dalam Produk Wisata
Selain itu, penghargaan ini memberikan motivasi moral kepada masyarakat agar budaya tidak menjadi sekadar simbol masa lalu, tetapi bagian dari identitas kota yang hidup dan berkembang.
Dengan demikian, cagar budaya yang mendapat apresiasi dapat menjadi contoh bagi wilayah lain dalam mengembangkan strategi pelestarian berbasis komunitas.
Para penerima penghargaan tahun ini diharapkan dapat menginspirasi komunitas lokal dan generasi muda untuk aktif melestarikan warisan budaya.
Dengan cara ini, Yogyakarta tidak hanya mempertahankan kekayaan sejarahnya, tetapi juga memanfaatkan warisan tersebut untuk memacu ekonomi kreatif, pariwisata budaya, dan inovasi seni.
Secara keseluruhan, program apresiasi ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya lebih dari sekadar menjaga bangunan tua, melainkan membangun ekosistem kreatif yang melibatkan semua pihak.
BACA JUGA : GKR Bendara: Keraton Yogyakarta Genjot Konten Budaya Masuk Data AI dan Algoritma Medsos
BACA JUGA : Keraton Yogyakarta Dorong Generasi Muda Hiasi Media Sosial dengan Budaya Nusantara
Inisiatif ini memposisikan Yogyakarta sebagai kota yang mampu mengintegrasikan sejarah, seni, dan masyarakat dalam satu langkah strategis untuk masa depan budaya yang berkelanjutan.
Lima bangunan yang menerima apresiasi yaitu:
- Benteng Kraton Mataram Kotagede
- Monumen Jumenengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX Kotagede
- Pancuran Donotirto Lanang di Jalan Jogonegaran
- Menara Sirene (Gaok)
- Jalan Hayam Wuruk, Pancuran Donotirto Wadon di Pringgokusuman
Tim Penilai tahun 2025 terdiri dari: