“Kami lebih banyak bertemu orang-orang yang mensupport El dengan tulus. Banyak juga yang kagum melihat cintanya yang besar terhadap tradisi, seni, dan budaya,” kisahnya.
Cintanya terhadap seni dan budaya tumbuh dari hatinya sendiri. Ia sering meminta orang tua untuk mendampinginya berlatih, tanpa ada paksaan.
Setiap orang yang mengenalnya bisa merasakan ketulusan dan besarnya cintanya pada tradisi, seni, dan budaya Jawa.
“Setiap proses latihan ia jalani dengan antusias. Seni dan budaya Jawa sudah menjadi bagian dari hidupnya sehari-hari,” pungkasnya.
Berbeda dengan anak seusianya yang banyak menghabiskan waktu dengan gadget atau game, ia lebih suka menggunakan smartphonenya untuk browsing dan mencari informasi tentang kebudayaan nusantara.
“El lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar tentang tradisi, seni, dan budaya Indonesia. Pengetahuannya tentang budaya dan sejarah cukup luas untuk anak seusianya,” tuturnya.
Ketertarikannya tidak hanya pada budaya, tetapi juga pada benda-benda bersejarah dan antik. Ia menyukai cincin akik, keris pusaka, bahkan mengoleksi beberapa keris dan mandau yang diberikan oleh orang-orang yang kagum dengan antusiasmenya.
Selain itu, ia juga bangga mengenakan busana Jawa klasik, seperti jarik, kamus-timang, surjan, dan blangkon khas Yogyakarta.
El berharap teman-teman seusianya juga bisa mulai mengenal dan mencintai sejarah, tradisi, dan seni Indonesia.
“Saya ingin teman-teman lain juga bisa belajar tentang budaya kita. Biar sama-sama bangga dengan warisan nenek moyang kita,” harapnya.
Perjalanan El menjadi contoh nyata bahwa ketertarikan dan rasa ingin tahu anak-anak terhadap budaya dapat tumbuh sejak dini, terutama bila didukung oleh lingkungan keluarga yang positif dan menghargai proses belajar.