Ghifari menegaskan bahwa edukasi mitigasi bencana juga harus diperkuat, terutama bagi pramuwisata muda yang menjadi garda depan pelayanan wisatawan.
BACA JUGA : Banjir Besar Sumatera, Kemenkes Fokus Selamatkan Nyawa dan Antisipasi Wabah
BACA JUGA : Relawan MDMC Dikerahkan, Muhammadiyah Fokus Bantuan Kesehatan, Air Bersih dan Hunian Darurat di Sumatra
Ghifari menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat terhadap informasi cuaca dari BMKG.
“Kadang ada wisatawan atau rombongan yang tetap nekat meski sudah ada peringatan cuaca ekstrem. Ini berbahaya,” tuturnya.
Dia mengingatkan tingginya risiko aktivitas seperti berenang di pantai selatan, bermain di sekitar sungai, atau berkemah di wilayah yang rentan banjir dan longsor.
“Wisatawan perlu diedukasi untuk tidak memaksakan diri. Harus siap dengan opsi wisata alternatif," tambahnya.
Meski risiko meningkat, Ghifari menyebut DIY tetap diproyeksikan menerima sekitar 1,6 juta wisatawan selama libur akhir tahun yang didominasi wisatawan domestik.
BACA JUGA : Polda DIY Kirim Ratusan Logistik Bantuan untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumatra
BACA JUGA : Kerusakan Ekosistem Hulu DAS Perparah Banjir Bandang Sumatra, Ini Penjelasan Pakar UGM
“Ini peluang besar, tapi juga tantangan. Kenyamanan dan keselamatan bisa menurun jika cuaca ekstrem tidak diantisipasi,” ucapnya.
Pihaknya menegaskan bahwa DIY harus membangun citra sebagai destinasi wisata yang tangguh bencana.
“Dengan ketidakpastian cuaca yang meningkat, pariwisata DIY menghadapi tantangan sekaligus peluang. Yang terpenting adalah kesiapan semua pihak. Kita ingin menunjukkan bahwa DIY bukan hanya destinasi favorit, tetapi juga destinasi yang tangguh,” pungkasnya.